Akhir-akhir ini banyak bencana yang terjadi, entah itu bencana alam, kecelakaan, ataupun pandemi Covid-19 yang tak kunjung selesai ini. Bencana-bencana ini sedikit banyak memberikan dampak pada kehidupan kita. Namun, apakah kita menjadi manusia-manusia pertama yang mengalami bencana-bencana ini? Atau bencana yang kita alami sebenarnya pernah terjadi di masa lalu? Mari kita lihat beberapa ulasan mengenai bencana-bencana di masa lalu.
Gunung Toba/Supervulcano Toba (75.000 SM)
- Deskripsi
Pada 75.000 SM terjadi sebuah bencana alam yang nyaris memusnahkan populasi tidak hanya manusia, tetapi makhluk hidup secara keseluruhan. Bencana tersebut adalah letusan Gunung Toba. Letusan Gunung Toba merupakan letusan terdahsyat pada 2,5 juta tahun terakhir. Seberapa dahsyat sih ledakannya? Saking dahsyatnya letusan ini sampai menciptakan kawah sepanjang 90 km. Sebelumnya kita bisa membandingkan letusan Gunung Toba ini dengan Gunung Tambora dan Gunung Krakatau. Letusan Gunung Toba ini bahkan 100x lipat lebih besar dari letusan Gunung Krakatau yang menyebabkan tsunami besar dan letusan Gunung Tambora sangat besar bahkan abu dari letusan gunung ini mengakibatkan dunia tidak merasakan musim panas selama setahun.
- Fun Fact
Letusan Gunung Toba mempunyai dampak yang sangat mengerikan bagi dunia. Abu dari letusan ini menyebabkan sinar matahari tidak sampai ke bumi sehingga musim dingin panjang menerpa bumi. Abu ini bahkan masih ditemukan di bagian dalam lautan di timur laut samudera Hindia dan teluk Bengal (Ninkovich et al., 1978a; Ninkovich, 1979 dalam Ge & Gao, 2020), laut Cina Selatan (Song et al., 2000; Huang et al., 2001; Liu et al., 2006 dalam Ge & Gao, 2020) dan laut Arab a (Schulz et al., 1998 dalam Ge & Gao, 2020).
Hipotesis human population bottleneck (Ambrose, 1998) menyatakan bahwa letusan Gunung Toba menyebabkan kepunahan kelompok-kelompok hominid di seluruh dunia kecuali di Afrika dan manusia-manusia yang selamat ini kemudian mendiami kembali daerah-daerah lain.
Namun penelitian arkeologi mengungkapkan hal yang berbeda, dampak dari Letusan Gunung Toba tidak sebesar yang dikemukakan teori human population bottleneck tersebut. Beberapa kelompok hominid selamat dan meninggalkan beberapa peninggalan budaya di Eurasia, bahkan di Sumatra sendiri (Ge & Gao, 2020).
Beberapa kelompok hominin seperti Neanderthals , Denisovans, Homo floresiensis, dan Homo luzonensis (Brown et al., 2004; Meyer et al., 2012; Prüfer et al., 2014; Sutikna et al., 2016; D´etroit et al., 2019 dalam Ge & Gao, 2020) yang ditemukan melalui sekuensi DNA ataupun penemuan fosil menunjukkan bahwa erupsi Toba tidak sepenuhnya memusnahkan populasi manusia di Pleistocene Eurasia.
Pandemi Flu Spanyol
- Deskripsi
Pandemi flu spanyol yang terjadi pada tahun 1918 ini merupakan salah satu pandemi paling hebat sepanjang sejarah. Pandemi ini diakibatkan oleh virus H1N1 yang berasal dari unggas. Dimana dan bagaimana flu ini dapat menginfeksi manusia belum jelas, tetapi hanya dalam sebulan flu ini menyebar ke seluruh dunia.
Flu ini menginfeksi ⅓ populasi dunia dan membunuh sekitar 50-100 juta manusia. Sekitar 3-6 % populasi dunia meninggal hanya dalam 18 bulan. Flu Spanyol ini merupakan wabah modern pertama dimana interkoneksi dunia justru menjadi senjata yang mematikan bagi umat manusia. Lalu apa yang membedakan Pandemi Flu Spanyol dengan Pandemi Covid-19 ini? Pada saat itu ilmuwan belum dapat melihat virus dengan mikroskop, meski mereka tahu ada sesuatu yang menyebabkan infeksi tersebut dan belum ada vaksin yang dapat membendung penyebarannya.
- Penyebab
Pada 1995, sekumpulan ilmuwan mencoba untuk mengumpulkan bahan otopsi dan mulai sekuensing RNA untuk mengetahui struktur genome dari virus penyebab pandemi ini. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa virus penyebab pandemi 1918 ini merupakan ‘nenek moyang’ dari virus H1N1 yang menyerang manusia dan babi, H3N2, dan juga H2N2. meski begitu penelitian ini tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai asal dari virus ini dan epidemiologi dari pandemi 1918 ini.
- Akibat
Pandemi ini menginfeksi ⅓ populasi dunia dan membunuh sekitar 50-100 juta manusia, lebih banyak dari perkiraan korban jiwa karena Perang Dunia 1. Dampak dari epidemi (saat itu) sangat hebat bahkan rata-rata usia di Amerika turun hingga 10 tahun. Namun, anehnya sekitar setengah dari korban jiwa karena flu ini berasal dari kalangan dewasa muda sekitar 20-40 tahun. Pandemi ini juga terbilang aneh karena risiko kematian karena influenza lebih tinggi pada mereka yang berusia dibawah 65 tahun daripada mereka yang berumur diatas 65 tahun.
Krakatau
- Deskripsi
Salah satu gunung berapi di Indonesia, Gunung Krakatau, pernah mengalami letusan yang cukup dahsyat pada tahun 1883. Gunung yang terletak di antara Ppulau Sumatra dan Pulau Jawa ini meletus hingga mencapai angka 6 dari 8 skala VEI atau skala untuk mengukur ledakan relatif .
Letusan dahsyat krakatau secara garis besar disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik yang berlawanan antara Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Asia (Shalihah, 2020). Dampak yang dihasilkan oleh letusan gunung ini tidak hanya dirasakan oleh populasi di Indonesia tetapi juga dirasakan dalam skala global. Tidak hanya menelan sebanyak 36.417 korban jiwa, Letusan Gunung Krakatau 1883 terdengar sejauh kurang lebih 3.000 mil dan menyebabkan musim dingin dalam skala global.
- Fun Fact
Selain deskripsi tentang Letusan Gunung Krakatau yang menjadi salah satu ledakan gunung berapi terdahsyat dalam sejarah dunia, berikut kami sertakan beberapa fakta unik mengenai pasca letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 (Victor, 2020) :
- Letusan Gunung Krakatau meruntuhkan 2/3 bagian dari badan gunung tersebut dan menenggelamkan beberapa pulau di sekitarnya
- Guncangan dahsyatnya menghasilkan Tsunami dengan tinggi gelombang 40 meter.
- Menyebabkan bumi diselimuti langit gelap selama berbulan – bulan pasca letusan dan menurunkan rata – rata suhu bumi sebesar 1,2 derajat Celcius.
Black Death
- Deskripsi :
The Black Death merupakan salah satu wabah yang menjadi mimpi buruk bagi sejarah peradaban manusia di dunia. Wabah ini menular melalui hewan pengerat atau kutu dan sangat mudah berpindah antar manusia yang berkontak dekat. Wabah ini memicu ketakutan akan senjata biologis di berbagai negara mengingat hampir semua faktor kehidupan terpengaruhi (Howard, 2020).
The Black Death atau yang juga dikenal sebagai The Black Plague melanda benua Eropa dan Asia pada pertengahan abad ke-14 yakni sekitar tahun 1343-1353. Wabah ini awalnya diyakini menyebar dari China sebelum akhirnya sampai di Pelabuhan Messina, Sisilia pada tahun 1347 (Duncan dan Scott, 2002). Menewaskan hampir satu pertiga populasi di Eropa, The Black Death juga menewaskan sekitar 25 juta orang di seluruh Asia. Wabah ini memiliki ciri gejala umum seperti demam, sakit kepala, hingga munculnya bisul bernanah dan berdarah di daerah lipatan tubuh seperti ujung paha, ketiak, dan paha (Byrne, 2004).
- Penyebab
Pengetahuan sains yang saat itu tidak sekaya sekarang membuat kematian akibat wabah ini dipercayai sebagai takhayul dan dikaitkan dengan kepercayaan mistis. Bertahun – tahun kemudian, penelitian oleh Alexandre Yersin menemukan bahwa kematian dari wabah The Black Death disebabkan oleh bakteri pes yang bernama Yersinia pestis melalui hewan pengerat seperti tikus hitam dan serangga seperti kutu untuk menyebar. Bakteri ini menyerang sistem kekebalan inangnya dengan racun yang membuat bakteri berkembang biak dengan subur (Howard, 2020). Bakteri ini dipercayai menginfeksi hewan pengerat seperti tikus dimana memiliki habitat yang dekat dengan manusia sehingga memudahkan penyebaran wabah ini. Dipercayai bahwa awal mula penyebaran wabah di benua Eropa berasal dari benua Asia disebabkan oleh sebuah kapal dagang dari China tidak sengaja membawa tikus-tikus yang membawa bakteri Y. pestis dan kemudian menginfeksi seluruh penumpang serta awak di kapal. Saat setibanya kapal tersebut di Sisilia, seluruh penumpang sudah dalam kondisi tewas dengan bisul di sekujur tubuhnya. Nasib malang, terlambat menyadari bahwa kapal tersebut membawa tikus yang terinfeksi, bakteri Y. pestis dengan cepat menyebar di daratan Eropa. Penyebarannya pun tidak hanya sekadar melalui tikus dan kutu tetapi juga melalui droplet udara hasil batuk dari seseorang yang paru – parunya sudah terserang bakteri Y. pestis ini (Howard, 2020).
- Akibat
Bentuk infeksi bakteri yang paling umum adalah timbulnya bisul bisul bernanah di sekitar lekukan tubuh seperti ketiak, paha, dan lengan (Byrne, 2004) . Bisul ini merupakan hasil dari pembengkakan kelenjar getah bening yang cukup menyiksa. Wabah ini memakan hampir sepertiga populasi manusia di benua eropa dan 25 juta manusia di benua Asia. Tingkat keparahan paling tinggi wabah ini tentunya dialami di daerah padat penduduk dibandingkan daerah pedesaan. Hal ini dibuktikan bahwa dampak wabah ini tidak terlalu parah di daerah Finlandia dan Polandia (Chon, 2010). Selain memakan korban manusia, wabah ini sangat memberikan dampak yang berat dalam aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Ambrose, S. H. (1998). Late Pleistocene human population bottlenecks, volcanic winter, and differentiation of modern humans. Journal of Human Evolution, 623-651. doi:https://doi.org/10.1006/jhev.1998.0219
Byrne, JP (2004). The Black Death London. Greenwood Publishing Group. ISBN 978-0-313-32492-5.
Cohn, S. K. (2010). Black Death, social and economic impact of the. The Oxford Dictionary of the Middle Ages. Oxford University Press. doi:10.1093/acref/9780198662624.001.0001. ISBN 978-0-19-866262-4.
Centers for Disease Control and Prevention. (n.d.). Retrieved from CDC: https://www.cdc.gov/flu/pandemic-resources/1918-commemoration/1918-pandemic-history.htm
Extra Credits. (2018, July 8). Extra Credits. Retrieved from Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=XQ9WX4qVxEo
Ge, Y., & Gao, X. (2020, July 28). Understanding the overestimated impact of the Toba volcanic super-eruption on global environments and ancient hominins. Quaternary International, 24-33. doi:https://doi.org/10.1016/j.quaint.2020.06.021
Howard, J. (2020). Plague (Black Death) Bacterial Infection Information and Facts. National Geographic Science. Retrieved 28 April 2021, from https://www.nationalgeographic.com/science/article/the-plague .
KokBisa. (2020, September 23). KokBisa. Retrieved from Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=8wkonz_-Lrc
Shalihah, N. (2020). Hari Ini dalam Sejarah: Letusan Gunung Krakatau Terdahsyat.
KOMPAS.com. Retrieved 30 April 2021, from https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/26/120100065/hari-ini-dalam-sejarah-letusan-gunung-krakatau-terdahsyat-dimulai?page=all.
Taubenberger, J. K., & Morens, D. M. (2006). 1918 Influenza: the mother of all pandemics. Emerging infectious diseases, 12(1), 15–22. https://doi.org/10.3201/eid1201.050979
Victor, Y. (2020). 7 Dampak Letusan Gunung Krakatau 1883 pada Dunia, sampai Gelap Gulita!. IDN Times. Retrieved 30 April 2021, from https://www.idntimes.com/science/discovery/viktor-yudha/dampak-letusan-gunung-krakatau-tahun-1883-pada-dunia/7 .