Pembahasan Teori Adler: Overcoming Feelings of Inferiority

Pernahkah kamu melihat media sosial orang lain dan berpikir “Dia keren banget, aku cuma remahan rengginang”? Hal seperti ini biasa kita kenal dengan merasa inferior. Menurut Cambridge Dictionary, inferior digunakan sebagai istilah saat kita merasa tidak pantas maupun tidak sepantas orang lain. 

Meskipun begitu, ini bukan suatu kelemahan yang harus dikhawatirkan. Adler (1939) menyatakan bahwa perasaan inferior pasti ada pada setiap individu, bahkan perasaan inilah yang membuat individu berusaha dan bekerja keras (Schultz & Schultz, 2013). Namun, saat perasaan inferior menjadi sangat intens sampai kamu tidak bisa mengatasinya, bisa saja akan berkembang menjadi yang namanya inferiority complex.

Bagaimana bisa sampai muncul inferiority complex? Adler (dalam Schultz & Schultz, 2013) menyatakan terdapat 3 sumber yang pemicu inferiority complex dari masa kanak-kanak, yaitu inferioritas bawaan, anak yang dimanja (spoiling), dan anak yang ditelantarkan (neglect).

Adler dalam Feist dkk. (2013) menyampaikan beberapa hal yang secara praktikal ia gunakan untuk menciptakan perubahan perilaku pada pasiennya, termasuk mengatasi inferioritas yang kita bahas ini.

1. Menelaah konstelasi keluarga

Adler hampir selalu menanyakan konstelasi keluarga pada pasiennya. Menurutnya, urutan lahir, gender, dan selisih umur dengan saudara kandung terkait dengan sifat yang muncul pada masing-masing anak. Misalnya, anak sulung berpotensi menjadi organisator yang baik, tetapi juga memiliki rasa berkuasa yang tinggi. Sementara itu, anak bungsu memiliki inferioritas yang kuat dan bergantung pada orang lain, tetapi memiliki ambisi yang tinggi. Dengan menelaah kontelasi tersebut, Adler berhipotesis mengenai sifat pasiennya yang mengarah pada petunjuk apakah mereka berperilaku superior atau inferior, serta bagaimana perilakunya di kehidupan sosial (Feist dkk., 2013).

 

2. Mendorong pasien mengingat kembali memori masa kecil

Adler juga meminta pasien untuk mengingat kembali memori masa kecilnya– menakutkan atau mencemaskan– karena hal tersebut dianggap terhubung dengan gaya hidup atau perilaku saat dewasa–memiliki kecemasan tinggi atau percaya diri (Feist dkk., 2013). Dengan mengingat pengalaman di awal kehidupan dan meninjau pola perilaku yang berulang hingga dewasa, maka akan timbul pemaknaan diri secara penuh pada pasien yang mendorong perubahan perilaku (alfredadler.edu, n.d.).

 

3. Menganalisis mimpi

Adler menginterpretasikan mimpi untuk memprediksi perilaku pasien di masa depan sehingga bisa mengatasi permasalahan nantinya. Namun, di sisi lain, ia juga beranggapan bahwa mimpi kadang mengecoh dan sulit dipahami oleh si pemimpi itu sendiri (Feist dkk., 2013).

 

4. Melakukan Psikoterapi

Tujuan utama psikoterapi Adlerian adalah meningkatkan keberanian, memperkecil perasaan inferior, dan mengembangkan minat sosial. Adler juga menggunakan moto andalannya, “Setiap orang bisa mencapai segala hal” untuk membantu mewujudkan tujuan tersebut (Feist dkk., 2013). Adler berpendapat bahwa sikap baik dan peduli terapis akan mengefektifkan psikoterapi yang dilakukan.

 

Daftar Pustaka

Adler, A. (1939). Social interest: A challenge to mankind. J. Linton & R. Vaughan (Trans.). New York: Putnam.

alfredadler.edu. (n.d). Alfred Adler: Theory and application. Alfred Adler. https://www.alfredadler.edu/about/alfred-adler-theory-application/

Feist, J., Feist, G.J. & Roberts, T. (2013). Theories of Personality, 9th ed. Dubuque: McGraw-Hill Education

https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/inferior 

Schultz, D.P., & Schultz, S.E. (2013). Theories of Personality, 10th ed. Belmont, CA: Wadsworth Cengage Learning

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.