Teman-teman tentu memahami bahwa terjadinya suatu bencana merupakan hal yang sangat merugikan. Bencana dapat menimbulkan kehancuran dan kehilangan, baik hilangnya harta benda hingga nyawa manusia. Berdasarkan United Nation International Strategy for Disaster Reduction (UN-IDSR) (2002), bencana didefinisikan sebagai gangguan serius terhadap fungsi masyarakat yang menyebabkan kerugian bagi penyintas, terutama aspek material, perekonomian, dan lingkungan yang melebihi kemampuan masyarakat untuk mengatasi permasalahan dengan sumber daya yang ada.
Dalam penanganan pascabencana, kesehatan mental menjadi isu yang belum banyak diperhatikan karena kurangnya kesadaran masyarakat. Padahal, penelitian sebelumnya telah menemukan adanya hubungan antara bencana dan dampaknya bagi kesehatan mental. Makwana (2019) menyebutkan bahwa terjadinya bencana termasuk sebagai permasalahan global yang kompleks, bahkan terjadi setiap tahun dan berdampak bagi kesehatan mental serta kesejahteraan (well-being) manusia. Sejalan dengan kerugian pada bidang sosial dan ekonomi, penyintas juga mengalami ketidakstabilan mental (mental instability) yang dapat mengganggu kehidupan mereka kedepannya.
Kemudian, bagaimana pembahasan lebih lanjut terkait terjadinya bencana dan dampaknya bagi kesehatan mental penyintas? Secara umum, tekanan psikologis atau psychological distress merupakan dampak psikologis yang kerap kali dialami oleh penyintas bencana, terutama anak-anak, perempuan, dan kalangan lansia (Makwana, 2019). Terjadinya bencana yang tidak dapat diprediksi dapat menimbulkan keadaan syok bagi penyintas. Tak jarang pula penyintas cenderung menyangkal kerugian yang dialami dan mencoba untuk melarikan diri dari kenyataan. Permasalahan tersebut dapat mengakibatkan penyintas lebih rentan terhadap respons psikologi yang bersifat maladaptif. Kehilangan kerabat dan sanak saudara karena bencana juga menimbulkan perasaan tidak aman karena hilangnya rasa sayang dan kebersamaan.
Berikutnya, kita akan membahas dampak psikologis bencana secara lebih spesifik menurut jenis-jenis bencana. Berdasarkan literatur oleh Mukwana (2019), bencana dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis. Setiap jenis bencana memiliki beberapa dampak yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Kali ini, kita akan membahas tiga jenis bencana dan dampaknya, antara lain:
- Natural disaster atau bencana alam merupakan bencana yang terjadi karena faktor-faktor alamiah, misalnya gempa, tsunami, dan angin topan. Kejadian traumatis akibat bencana alam dapat mengganggu berbagai fungsi hidup para penyintas dan menimbulkan kehilangan. Kehilangan dalam hal ini merujuk pada segala aspek, termasuk kehilangan identitas dan dukungan sosial yang menyebabkan munculnya keadaan distress (tertekan). Keadaan ini kemudian dapat berkembang menjadi stres yang tidak terkontrol, kesedihan jangka panjang, ketergantungan pada zat tertentu, kecemasan (anxiety), depresi, dan gangguan stres pascatrauma atau PTSD (post-traumatic stress disorder). Permasalahan yang paling umum dijumpai pada para penyintas bencana alam adalah kesedihan terus-menerus, syok dan ketakutan, ketidakmampuan menyesuaikan diri, dan disfungsional dalam kehidupan sehari-hari.
- Bencana akibat manusia (man-made disaster) didefinisikan sebagai bencana yang dapat terjadi akibat tindakan manusia, seperti konflik militer, terorisme, dan kerusuhan politik. Bencana banjir juga dapat terjadi karena ulah manusia, tetapi banjir digolongkan sebagai bencana alam karena adanya faktor lingkungan dan sosial yang juga berperan besar. Secara spesifik, bencana akibat manusia dapat mengakibatkan PTSD lebih signifikan daripada bencana alam. Selain itu, penyintas yang terlantar, penyintas dengan luka parah, dan penyintas yang menyaksikan kematian manusia di sekitarnya dapat memperburuk dampak PTSD.
- Bencana industri (industrial disaster) adalah bencana yang disebabkan oleh adanya kecelakaan atau kesalahan dalam bidang industri. Para penyintas bencana industri pada umumnya menunjukkan gejala perilaku dan kognitif yang berkepanjangan, bahkan sebagian besar membutuhkan rehabilitasi. Bencana industri biasanya disertai dengan lepasnya zat-zat kimia yang terdapat dalam bidang industri tersebut. Akibat lepasnya zat-zat kimia, beberapa penyintas bencana ini memiliki gangguan pada saraf pusat, perifer, dan vestibular. Selain itu, sebagian besar penyintas bencana industri mengalami gejala neurotik dengan kecemasan berat dan masalah penyesuaian.
Referensi
Makwana, N. (2019). Disaster and its impact on mental health: A narrative review. Journal of Family Medicine and Primary Care, 8(10), 3090. https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc_893_19
UN, G. (2002). Living with risk: a global review of disaster reduction initiatives.