Ternyata, Indonesia merupakan negara dengan risiko bencana terbesar ketiga di dunia di bawah Filipina dan India, loh! Hal ini berdasarkan skor Indeks Risiko Global (WRI) yang diperoleh Indonesia, yaitu sebesar 41,46 poin di tahun 2021 pada World Risk Report 2022 dari 193 negara di dunia yang diterbitkan Entwicklung Hilft and the Institute for International Law of Peace and Armed Conflict at Ruhr University Bochum (IFHV) (Atwii, dkk., 2022).
Bencana-bencana yang terjadi sering kali menimbulkan dampak serius bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, seperti menimbulkan cedera pada tubuh hingga kehilangan anggota keluarga dan harta benda. Dalam menghadapi bencana, manusia harus mengungsi ke tempat yang lebih aman dari lokasi bencana untuk menyelamatkan hidupnya walaupun hanya membawa diri dan meninggalkan harta bendanya (BNPB, 2013). Keadaan di lokasi bencana juga kerap kali memprihatinkan. Menurut Henaldi pada Himmpas 2018, listrik terputus akibat adanya gangguan karena bencana, bentuk usaha meminimalisasi kerusakan pada alat listrik, maupun faktor keselamatan bagi warga sekitar. Akibatnya, jaringan telekomunikasi dan pencahayaan menjadi terganggu. Warga penyintas bencana harus bertahan dalam gelap sampai pasokan listrik tersalurkan ke pengungsian, seperti yang terjadi di pengungsian gempa Cianjur 2022 lalu (Ramadhan, 2022).
Oleh karena itu, warga dan relawan berusaha untuk menemukan alternatif pencahayaan agar dapat tetap beraktivitas di daerah pengungsian pada malam hari. Kali ini, Litbang Repsigama akan membahas beberapa alternatif dan solusi alat penerangan dalam situasi darurat atau bencana. Yuk, simak artikelnya dengan saksama!
Menurut “Emergency Preparedness and Survival Guide” oleh Angelo Acquista (2021), lampu senter, lilin, atau lampu LED dapat digunakan sebagai alternatif alat penerangan dalam situasi bencana.
- Lampu senter memiliki cahaya yang terang dan fokus sehingga cocok digunakan sebagai penerangan sementara saat melakukan kegiatan di luar ruangan atau saat membutuhkan cahaya yang terang dan tajam;
- Lilin merupakan alternatif penerangan yang murah dan mudah didapatkan. Lilin juga dapat digunakan sebagai pemanas ruangan pada saat cuaca dingin;
- Lampu LED membutuhkan daya yang lebih rendah daripada lampu pijar atau neon sehingga baterai dapat bertahan lebih lama. Selain itu, lampu LED juga cukup terang dan dapat digunakan sebagai penerangan darurat dalam situasi bencana.
Ketiga alternatif alat penerangan tersebut juga relatif mudah digunakan dan dianggap aman. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan lilin dan lampu LED dapat meningkatkan risiko kebakaran jika tidak digunakan dengan hati-hati dan dijaga dengan baik, ya, teman-teman!
Selain itu, disarankan untuk selalu memiliki baterai cadangan dan bahan bakar tambahan untuk alternatif penerangan seperti lampu senter atau lampu LED. Hal ini untuk selalu memastikan bahwa alat penerangan dapat berfungsi dengan baik selama bencana alam atau keadaan darurat lainnya.
Salah satu alternatif lain yang mudah dibuat oleh masyarakat dalam kondisi darurat adalah dengan menggunakan botol plastik bekas dan cahaya matahari. Cara membuatnya cukup mudah yaitu dengan memotong bagian atas botol plastik dan mengisinya dengan air dan bleach (pemutih pakaian) lalu meletakkannya di tempat yang terkena sinar matahari. Cahaya matahari akan memantul pada air yang terdapat di dalam botol dan memberikan penerangan yang cukup terang pada ruangan yang ada di sekitarnya.
Metode ini disebut juga dengan sebutan “bottle light“ atau “solar bottle bulb” dan telah digunakan oleh banyak orang di negara berkembang untuk membantu mengurangi penggunaan lampu minyak yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Cara membuatnya secara lebih terperinci banyak tentang metode ini dapat ditemukan di buku “The Solar Bottle Bulb: How to Build Your Own Water Bottle Light” oleh Illac Diaz (2015).
Nah, selain alternatif lampu darurat yang dapat dibuat oleh masyarakat, ternyata sudah ada juga inovasi lampu darurat yang memanfaatkan air garam sebagai bahan bakarnya, loh! Lampu air garam telah digunakan sebagai penerangan darurat di pengungsian korban gempa Mamuju, Sulawesi Barat pada Januari 2021 lalu.
Pengoperasian lampu air garam ini tergolong mudah dan dapat dilakukan oleh siapapun, yaitu dengan mencampurkan air bersih dan garam, atau dapat juga menggunakan air laut sehingga sangat cocok digunakan oleh para nelayan. Oleh Rico (2021) dalam portal berita InfoPublik dijelaskan bahwa dengan mencampur air bersih dan sesendok garam, lampu darurat ini dapat menyala hingga 12 jam dalam kekuatan sinar LED 1,6 watt atau setara terangnya bohlam 25 watt. Bukan hanya bisa dijadikan sumber cahaya dalam situasi darurat, lampu air garam ini juga bisa berfungsi sebagai pengisi daya ponsel kita, loh! Keren, ya!
Nah, itu dia beberapa alternatif alat penerangan yang dapat digunakan saat situasi darurat atau bencana yang dapat membantu memudahkan aktivitas manusia terutama saat malam hari. Jadi, jangan lupa masukkan benda-benda bermanfaat tersebut ke dalam tas siaga bencanamu sebagai antisipasi menghadapi bencana yang mungkin saja terjadi di suatu hari nanti, ya!
Referensi:
Acquista, A., & Editors of Prevention Magazine. (2011). Emergency Preparedness and Survival Guide. Rodale Books.
Atwii, F., Sandvik, K., Kirch, L., Paragi, B., Radtke, K., Schneider, S., & Weller, D. (2022). World risk report 2022 focus: digitalization. Institute for International Law of Peace and Armed Conflict (IFHV) of the Ruhr-University Bochum. https://weltrisikobericht.de/download/2952/
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2013, 23 Oktober). Kebijakan penanganan pengungsi bencana. https://bnpb.go.id/berita/kebijakan-penanganan-pengungsi-bencana
Diaz, I. (2015). The Solar Bottle Bulb: How to Build Your Own Water Bottle Light. MyShelter Foundation.
Hanaldi, Wahyu. (2018, 10 Oktober). Bencana alam di palu listrik padam, kenapa?. HIMMPAS UI. https://himmpas.ui.ac.id/bencana-alam-di-palu-listrik-padam-kenapa/
Ramadhan, D. (2022, 24 November). Penyintas gempa cianjur di pengungsian bertahan dalam gelap. AntaraKepri . https://kepri.antaranews.com/berita/140473/penyintas-gempa-cianjur-di-pengungsian-bertahan-dalam-gelap
Rico, J. (2021, 16 Januari). Lampu air garam, terangi lokasi pengungsian korban gempa sulbar. InfoPublik. https://infopublik.id/kategori/cerita-khas/503303/lampu-air-garam-terangi-lokasi-pengungsian-korban-gempa-sulbar