Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana, terutama bencana alam. Selama ini, saat terjadi bencana, bantuan pangan yang sering diberikan kepada para korban adalah mi instan. Padahal, mi instan tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi karena hanya sedikit mengandung protein, mineral, vitamin, dan serat. Selain itu, mi instan dapat menyebabkan penimbunan zat adiktif bila dikonsumsi dalam jangka waktu lama dan jumlah yang banyak (Kencana, 2019). Menurut Bachtiar dan Karimah (2019), konsumsi mi instan dalam jangka waktu yang lama dapat pula berdampak pada keadaan psikologis penyintas, terutama pada penyintas yang memiliki kerentanan. Hal ini biasanya terjadi karena keterbatasan menu makanan yang perlahan menimbulkan rasa bosan dan stres bagi para penyintas.
Bencana sebagai fenomena yang merugikan dan dapat terjadi secara tiba-tiba berpotensi untuk mengganggu atau menghentikan pasokan bahan makanan dalam jangka waktu yang tidak dapat ditentukan. Nah, untuk menyiapkan makanan dalam rangka kesiapsiagaan bencana, rupanya terdapat kriteria tertentu yang perlu diperhatikan agar makanan tetap dapat dikonsumsi sesuai situasi dan kondisi pascabencana. Berdasarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam artikel terkait tas siaga bencana, setiap orang dapat menyiapkan persediaan makanan secara mandiri yang dapat dikonsumsi setidaknya selama tiga hari. Salah satu kriteria bahan makanan yang sesuai untuk kesiapsiagaan bencana adalah makanan yang bersifat tahan lama sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang (Centers for Disease Control and Prevention, 2019). Kriteria berikutnya adalah makanan yang dapat dikonsumsi tanpa perlu dimasak, dihangatkan, atau didinginkan melalui kulkas juga dapat memudahkan penyintas. Selain itu, makanan juga harus dapat memenuhi kebutuhan gizi individu dan tidak menyebabkan alergi bagi orang yang mengonsumsi. Akan lebih baik apabila makanan memiliki rasa yang tidak terlalu asin atau pedas, sebab hal ini dapat meningkatkan kebutuhan untuk minum sedangkan kesediaan air bersih kemungkinan terbatas.
Lantas, bahan makanan seperti apa yang penuh gizi dan dapat dengan mudah dipersiapkan sebagai bahan makanan siaga bencana? Berikut Repsigama merangkum beberapa bahan makanan yang dapat kamu simpan untuk kesiapsiagaan bencana!
- Biskuit
Biskuit adalah sejenis kue kering yang terbuat dari adonan tepung dan mengandung karbohidrat. Biskuit dapat menjadi pilihan makanan yang tahan lama, siap saji tanpa perlu dimasak, dan memiliki kecukupan gizi. Mayoritas masyarakat Indonesia umumnya memang mengonsumsi beras sebagai makanan pokok. Namun, dalam kondisi darurat seperti keadaan pascabencana, biskuit dapat menjadi alternatif karbohidrat yang biasa didapatkan masyarakat dari nasi. Tahukah kamu? Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT RI) telah mengembangkan produk Bisku NEO (Nutrisi lengkap, Energi tinggi, dan Orisinal), yakni biskuit yang diproduksi secara khusus untuk keperluan stok makanan saat bencana. Bisku NEO mengandung ± 500 Kkal/100 g atau sekitar 25 persen dari kebutuhan konsumsi harian penyintas bencana dan setara dengan satu bungkus nasi (Finaka & Negara, 2021). Produk Bisku NEO juga telah melalui uji laboratorium dan menunjukkan kandungan protein tinggi karena terbuat dari ubi kayu, ubi jalar, jagung, tempe, dan gula. Pengemasan Bisku NEO juga disesuaikan agar tidak cepat rusak, kedaluwarsa, serta tahan terhadap tekanan besar apabila didistribusikan melalui jalur udara.
- Dried Fruit (Buah Kering)
Buah kering atau dried fruit adalah buah yang telah melalui proses pengeringan, baik pengeringan di bawah sinar matahari langsung maupun pengeringan dengan alat (oven, tungku, atau dehydrator) (Cisneros-Garcia et al., 2022). Terdapat banyak jenis buah yang tetap terasa lezat meskipun telah melalui proses pengeringan, seperti kurma, apel, pisang, dan nangka. Melalui proses pengeringan, kandungan air dalam buah dikeluarkan sehingga buah dapat bertahan lebih lama. Buah kering adalah makanan pengganti yang dapat langsung dikonsumsi dan memiliki kandungan yang bergizi bagi tubuh. Buah-buahan yang telah dikeringkan umumnya banyak mengandung antioksidan, vitamin, dan serat yang baik untuk pencernaan serta daya tahan tubuh.
- Food Bars
Food bars merupakan makanan ringan yang padat dan berbentuk batang yang mengandung protein, lemak, dan nutrisi lainnya (Mariam, 2019). Food bars biasanya terbuat dari tepung terigu dan tepung kedelai. Ada pun salah satu bentuk food bars adalah cookies yang memiliki kandungan protein yang tinggi.
- Madu
Madu alami terbuat dari nektar yang mengandung cairan manis yang diserap oleh lebah atau tawon untuk persediaan makanan utama mereka (Agustina, 2022). Madu tidak memiliki batas waktu konsumsi atau tanggal kedaluwarsa sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif makanan dalam keadaan bencana. Madu mengandung senyawa karbohidrat seperti gula fruktosa, sukrosa, dan dekstrin karbohidrat. Selain itu, madu juga mengandung mineral, polifenol, vitamin, asam amino, karotenoid, asam organik, dan lain sebagainya yang dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi para penyintas dalam masa darurat pasca bencana.
Dapat kita pahami bahwa asupan makanan sebagai kebutuhan utama setiap individu adalah hal yang penting, termasuk dalam konteks pascabencana. Situasi yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dapat menghambat akses penyintas bencana terhadap kebutuhan tersebut. Sebagai bentuk persiapan, setiap orang dapat menyimpan bahan makanan tertentu yang sekiranya mudah dikonsumsi dalam keadaan pascabencana. Selain itu, apabila kamu ingin membantu penyintas bencana melalui donasi bahan makanan, penting bagi pemberi bantuan untuk memerhatikan kandungan gizi makanan, tidak sekadar mengutamakan aspek praktis atau siap saji. Dengan asupan gizi yang terpenuhi, bantuan diharapkan dapat mendukung penyintas untuk membangun kembali semangat, energi, dan tenaga menghadapi situasi sulit pascabencana.
Penulis : Faizah Imani Nouriza dan Trixy Theodora Situngkir
Editor : Ivana Galuh Paramita
Desain : Farah Alifah Rahmani
Referensi
Agustina, N. (2022). Manfaat madu bagi kesehatan. Kementerian Kesehatan. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/424/manfaat-madu-bagi-kesehatan
Bachtiar, A., & Karimah, I. (2019). Sosialisasi makanan darurat bencana berbasis singkong di Desa Sukarasa Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Emass, 1. https://doi.org/10.37160/emass.v1i1.186
Centers for Disease Control and Prevention. (2019, January, 29). Food & water: Preparing for a disaster. Natural Disasters and Severe Weather. https://www.cdc.gov/disasters/foodwater/prepare.html
Cisneros-Garcia, I., Dorantes-Álvarez, L., Parada-Arias, E., Alamilla-Beltran, L., Ortiz-Moreno, A., Necoechea-Mondragón, H., & Gutiérrez-López, G. F. (2022). Recommended food supplies under conditions of natural and provoked catastrophes. Innovative Food Science and Emerging Technologies, 83, 103218. https://doi.org/10.1016/j.ifset.2022.103218
Finaka, A. W. & Negara, S. B. (2021). Bisku NEO inovasi pangan bergizi saat darurat bencana. Indonesia Baik ID. https://indonesiabaik.id/infografis/bisku-neo-inovasi-pangan-bergizi-saat-darurat-bencana
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2022, November 29). Pentingnya Menyiapkan Tas Siaga Bencana. Direktorat SMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. https://ditsmp.kemdikbud.go.id/pentingnya-menyiapkan-tas-siaga-bencana/
Kencana, D. (2019). Pengaruh mie instan bagi kesehatan anak kos di Jalan Garuda Induk, Kec. Padang Utara, Kota Padang. Academia. https://www.academia.edu/download/67252498/download.pdf
Mariam, S. (2019). Pengembangan pangan darurat untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat di daerah terdampak bencana. Universitas Terbuka. http://repository.ut.ac.id/8956/1/S0016-20.pdf.pdf