Seputar Trauma: Sebuah Respons Emosional Pascakrisis

Pada setiap perjalanan hidup seorang manusia, tentu setiap orang akan mengalami bermacam-macam peristiwa dalam hidupnya. Tak terkecuali bertemu dengan peristiwa-peristiwa kurang mengenakkan yang dapat memengaruhi keadaan psikologis dan menyebabkan sedih, terluka, stres, dan lain sebagainya. Salah satu respons alami seorang manusia terhadap suatu hal yang kurang menyenangkan tersebut berupa munculnya trauma secara emosional. 

Menurut American Psychological Association (2022), trauma merupakan respons emosional terhadap kejadian yang buruk atau mengerikan seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam. Penyangkalan dan perasaan terkejut (shock) adalah hal yang umum terjadi sesaat setelah mengalami kejadian tersebut. Reaksi jangka panjangnya meliputi munculnya emosi yang tidak dapat diprediksi, mengalami flashback, memiliki hubungan yang renggang, dan bahkan gejala fisik seperti sakit kepala atau mual (American Psychological Association, 2022). Meskipun perasaan-perasaan tersebut normal, sebagian orang ternyata mengalami kesulitan dalam melanjutkan hidupnya setelah mengalami peristiwa traumatis tersebut, lho! 

Secara obyektif, tingkat keparahan trauma tidak ada hubungannya dengan dampaknya terhadap kehidupan seseorang. Sebaliknya, ini lebih tentang bagaimana korban, sebagai individu, memproses pengalaman ini secara subyektif (Neuropedia, 2021). Nah, inilah sebabnya mengapa pengalaman trauma dapat muncul secara berbeda pada setiap orang. Agar dapat lebih mudah memahami sifatnya, trauma dibagi menjadi tiga kategori, yaitu trauma akut, trauma kronis, dan trauma kompleks. Yuk, simak penjelasan lebih rincinya!

  • Trauma Akut (Acute Trauma)

Trauma akut mengacu pada terjadinya satu peristiwa traumatis. Jenis trauma ini dapat mencakup berbagai peristiwa, seperti pertengkaran fisik, pelecehan seksual, pemerkosaan, kecelakaan lalu lintas, cedera serius, bencana alam, atau menyaksikan peristiwa kekerasan.

Trauma akut dapat memengaruhi korban dengan berbagai cara. Akan tetapi, pada beberapa kasus, ada yang tidak menunjukkan respons trauma sama sekali. Meskipun demikian, bisa jadi terdapat orang yang langsung menunjukkan gejala trauma yang membutuhkan dukungan dan intervensi oleh profesional. Beberapa orang bahkan mengalami gejala beberapa minggu atau bulan setelah kejadian. Semua reaksi itu normal, tetapi gejala yang tidak ditangani dapat menyebabkan post-traumatic stress disorder (PTSD) (MedCircle, 2021).

  • Trauma Kronis (Chronic Trauma)

Berbeda dengan trauma akut, trauma kronis dapat terjadi ketika seseorang mengalami beberapa peristiwa traumatis secara sekaligus. Selain itu, trauma kronis juga termasuk dampak dari adanya peristiwa traumatis yang berlangsung lama, seperti kekerasan dalam rumah tangga yang bersifat jangka panjang, perang, dan konflik sipil (Neuropedia, 2021). Apabila ditinjau berdasarkan penyebabnya, trauma kronis bersifat merusak dan semakin lama dapat menimbulkan gejala yang semakin parah. Dampak adanya trauma kronis dapat memperburuk kestabilan mental dan sense of identity korban. Menurut Paper Dolls Research Group (2019), trauma kronis umumnya juga ditandai dengan tiga hal, yaitu:

  1. Pelaku kekerasan memiliki hubungan yang dekat dengan penyintas (korban). 
  2. Peristiwa traumatis berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, lebih dari sekali, dan memiliki pola atau siklus.
  3. Peristiwa traumatis yang kerap dijumpai cenderung bersifat emosional atau psikologis. Kekerasan fisik memang mungkin terjadi, tetapi adanya kontrol koersif umumnya menjadi penyebab utama adanya trauma kronis. 

Lalu, apa sih sebenarnya makna kontrol koersif? Kontrol koersif adalah perilaku seseorang yang ditandai dengan adanya intimidasi, isolasi, serta ancaman kekerasan terhadap individu lainnya (dalam suatu hubungan) (Dichter et al., 2019). Penyintas kontrol koersif memiliki akses yang terbatas untuk berinteraksi dengan teman, keluarga, atau support system lainnya karena berbagai hambatan, mulai dari hambatan sosial hingga emosional. Penyintas kontrol koersif memiliki ketakutan sehingga merasa tidak aman saat mencoba berinteraksi dengan orang lain, terutama ketika harus meminta pertolongan. 

  • Trauma Kompleks (Complex Trauma)

Trauma kompleks disebabkan oleh berbagai peristiwa traumatis yang berkaitan dengan berbagai pengalaman interpersonal (hubungan antarpribadi), seperti kekerasan fisik pada anak, pengabaian anak oleh orang tua sejak usia dini, bahkan hingga pelecehan seksual yang berkepanjangan (Straussner & Calnan, 2014). Trauma kompleks merupakan jenis trauma yang bersifat invasif dan berkembang sejak tahap awal kehidupan seseorang. Trauma kompleks dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi penyintas, seperti:

  1. Terganggunya perkembangan kecerdasan, ingatan, dan kemampuan atensi sejak usia anak-anak.
  2. Timbulnya masalah kepercayaan yang mendalam (deep trust issues), baik terhadap diri penyintas sendiri maupun orang lain.

Bagaimana nih penjelasan seputar jenis-jenis trauma tadi? Apakah cukup membantumu dalam memahami trauma secara lebih lanjut? 

Apabila kamu atau orang-orang di sekitarmu mengalami hal serupa, jangan ragu untuk meminta pertolongan, ya! Nah, salah satu solusi yang dapat dipilih adalah dengan pergi berkonsultasi ke psikolog atau ahli kesehatan jiwa lainnya. Dengan solusi tersebut, korban diharapkan dapat menemukan cara yang lebih efektif dalam mengelola respons emosi trauma.

 

Penulis : Faizah Imani Nouriza dan Aulia Nur Zahro

Editor   : Ivana Galuh Paramita

Desain  : Hanifah Salsabila Firdausia


Referensi

American Psychological Association (APA). (2022). Trauma. In APA Dictionary of Psychology. Retrieved July 21, 2023, from https://www.apa.org/topics/trauma/ 

Dichter, M. E., Thomas, K. A., Crits-Christoph, P., Ogden, S. N., & Rhodes, K. V. (2018). Coercive control in intimate partner violence: Relationship with women’s experience of violence, use of violence, and danger. Psychology of Violence, 8(5), 596–604. https://doi.org/10.1037/vio0000158

MedCircle. (2021). Understand & overcoming 3 types of trauma: Acute, chronic, and complex. MedCircle. https://medcircle.com/articles/types-of-trauma/ 

Neuropedia. (2021). The 3 types of trauma: Acute, chronic, and complex. Neuropedia. https://neuropedia.com/3-types-of-trauma/ 

Paper Dolls Research Group from Newcastle University. (2019). Chronic trauma: Stories and suggestions for a healthier society. https://www.ncl.ac.uk/mediav8/gps/files/Chronic%20Trauma%20Report%20PDF_compressed.pdf 

Straussner, S. L. A., & Calnan, A. J. (2014). Trauma through the life cycle: A review of current literature. Clinical Social Work Journal, 42(4), 323–335. https://doi.org/10.1007/s10615-014-0496-z

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.