Banjir Isu Megathrust? Begini Langkah-langkah Preventifnya!

Cuitan akun media sosial X @kompascom yang berisi, “BMKG Sebut Gempa Megathrust Indonesia Tinggal Menunggu Waktu, Bisa Capai M 8,9,” berhasil menarik perhatian warganet. Cuitan tersebut mengutip pernyataan Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yang mengatakan bahwa prediksi gempa megathrust muncul karena wilayah tersebut sudah ratusan tahun tidak mengalami gempa besar. 

Gempa megathrust adalah gempa yang terjadi di zona subduksi, yaitu tempat di mana dua lempeng bumi bertemu, dan satu lempeng terdorong ke bawah lempeng lainnya. Indonesia memiliki 16 segmen megathrust aktif yang berpotensi menimbulkan gempa besar dan tsunami, termasuk di wilayah Aceh, Nias-Simeulue, Mentawai, Selat Sunda, dan Selatan Jawa (Pusat Gempa Nasional, 2017 pada Damayanti et al., 2020). 

Mengetahui dahsyatnya megathrust, berbagai komentar memadati cuitan berisi prediksi BMKG tersebut. Ada yang harap-harap cemas mengetahui lokasi tempat tinggalnya berpotensi mengalami gempa besar, tetapi ada pula warganet yang mengutuk ketua BMKG, Daryono, hanya membuat kehebohan dengan menyatakan prediksi tersebut tanpa disertai solusi maupun upaya mitigasi bencana gempa.

Diketahui, gempa megathrust memiliki tingkat minimum magnitudo 7,0. Boleh dikatakan, magnitudo tersebut memiliki kekuatan yang cukup besar. Seperti yang terjadi pada gempa dan tsunami Aceh 2004 silam yang mengalami gempa megathrust dengan magnitudo 9,1. Skala Gempa seperti ini memang berpotensi tsunami dahsyat  dengan ketinggian ombak laut lebih dari enam meter. Dalam skenario terburuknya, jika dua lempeng di selatan Jawa bertabrakan, ini bisa memicu tsunami dengan tinggi yang berbeda, yaitu 6 meter dalam gempa Mw 8.9, 12 meter dalam gempa Mw 8.8, dan bahkan mencapai 20 meter dalam gempa Mw 9.1 (Susanto et al., 2017 pada Hasan & Setyaningsih, 2024). 

Informasi mengenai potensi bencana gempa dan tsunami telah disampaikan secara luas, yang menyebabkan keresahan di kalangan masyarakat yang tinggal di dekat pantai. Akibatnya, masyarakat sering merasa cemas dan terancam apabila terjadi gempa. Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui langkah-langkah preventif dalam menghadapi potensi bencana gempa megathrust.

Beberapa upaya preventif yang dapat dilakukan untuk menghadapi gempa megathrust dapat diuraikan sebagai berikut.

    1. Menyiapkan rencana evakuasi untuk diri sendiri maupun untuk keluarga. Rencana evakuasi merupakan salah satu hal yang penting untuk mempersiapkan diri menghadapi situasi bencana. Menurut Alif dan Alhadi (2022), memahami jalur evakuasi serta mempersiapkan perencanaan untuk masa sebelum, saat, dan sesudah gempa merupakan hal yang sangat penting untuk mengurangi risiko yang harus ditanggung saat bencana. Jalur evakuasi yang dimaksud adalah jalur penyelamatan yang dapat menghubungkan semua area yang terdampak bencana ke area titik kumpul atau area yang aman (Fitria et al., 2023). Oleh karena itu, jalur evakuasi umumnya tidak hanya ada satu, tetapi semuanya mengarah pada area aman dari dampak bencana.
    2. Menyiapkan tas siaga bencana. Tas siaga bencana merupakan tas yang berisi barang-barang penting yang dapat digunakan untuk evakuasi bencana dan bertahan hidup sebelum bantuan datang (Fitria et al., 2023). Menurut Fitria et al. (2023), barang penting yang perlu disiapkan dalam tas siaga bencana antara lain surat-surat penting, obat-obatan atau P3K, masker, alat bantu penerangan, dan peluit. Selain itu, karena tas siaga bencana juga bertujuan untuk membantu dalam bertahan hidup sebelum menerima bantuan, tas siaga bencana harus diisi dengan kebutuhan dasar seperti makanan dan air minum (Khambali et al., 2022).
  • Memahami langkah-langkah pertolongan pertama. Pertolongan pertama merupakan upaya pertolongan dan perawatan sementara yang diberikan sebelum korban kecelakaan mendapatkan pertolongan yang lebih memadai dari pihak profesional (Karimah et al., 2022). Tujuan utama dari pertolongan pertama adalah untuk mencegah kondisi semakin buruk, mencegah infeksi, mengurangi rasa sakit, serta mencegah kematian. Namun, perlu diingat bahwa pemberian pertolongan pertama, terutama pada situasi bencana, harus dilakukan dengan tetap memprioritaskan keselamatan diri sendiri.

Kekhawatiran terhadap risiko gempa megathrust merupakan langkah awal dari terbentuknya kesadaran masyarakat untuk menyiapkan diri dalam menghadapi bencana. Upaya preventif yang dapat dilakukan masyarakat sebagai bentuk persiapan diri ada banyak, di antaranya adalah tiga upaya yang telah dijabarkan di atas, yaitu menyiapkan rencana evakuasi, menyiapkan tas siaga bencana, dan memahami langkah-langkah pertolongan pertama. 

Sama seperti bencana alam lainnya, gempa megathrust tidak bisa kita pastikan akan terjadi kapan dan bagaimana. Oleh sebab itu, jangan lupa untuk mempersiapkan diri dengan baik untuk mengurangi risikonya, ya!

 

Penulis: Anindya Chandrawimba & Trixy Theodora Situngkir

Editor: Dyan Dhanandjaya Pambudi

 

Referensi

Alif, M., & Alhadi, Z. (2022). Kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana tsunami berbasis masyarakat di Nagari Salido. Jurnal LOCUS: Penelitian & Pengabdian, 1(8), 588-602. https://doi.org/10.58344/locus.v1i8.242

Damayanti, C., Yamko, A. K., Souisa, C. J., Barends, W., & Naroly, I. L. P. T. (2020, November 26). Pemodelan Segmentasi Mentawai-Pagai: Studi Kasus Gempa Megathrust di Indonesia. Jurnal Geosains dan Remote Sensing, Vol 1No 2, 105-110. https://doi.org/10.23960/jgrs.2020.v1i2.56

Fitria, A. N., Hardiantini, E., Anugrah, M. R., Nurdiansyah, N., Rustiaman, R., Noviyanti, S., & Rahayu, V. (2023). Kesiapsiagaan bencana banjir dengan tas siaga bencana di RW 12 kelurahan Limusnunggal. Attadib: Journal of Elementary Education, 7(2), 1-7. https://doi.org/10.32507/attadib.v7i2.1982

Hasan, I., & Setyaningsih, W. (2024, April 30). Mitigasi Pra Bencana Tsunami Akibat Gempa Megathrust di Pesisir Kabupaten Cilacap. Geo-Image Journal, (https://journal.unnes.ac.id/journals/geoimage/issue/view/93).

Karimah, R. R. S., Kauno, B. A., Fitriyah, S. S., & Rhomadhoni, M. N. (2022). Sosialisasi siaga bencana dan pertolongan pertama pada kecelakaan di SDN Simpang Sidoarjo. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara, 4(1), 106-111. 

Khambali, K., Inten, D. N., Mulyani, D., Lichandra, F., & Tiwi, D. (2022). Peran orang tua terhadap pembelajaran mitigasi bencana bagi anak usia dini di masa covid-19. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 1881-1896. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i3.1866

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.