Manusia Perusak Bumi? Kenapa?

Tahukah Kamu bahwa tanggal 5 Juni merupakan hari lingkungan hidup yang diperingati oleh seluruh dunia loh. Maksud dari ditetapkannya 5 juni sebagai hari lingkungan hidup sedunia adalah untuk menyebarkan kesadaran akan menjaga lingkungan di sekitar kita demi menjaga keberlangsungan hidup kita juga. Lalu, kenapa sih kita sebagai manusia harus mempunyai kekhawatiran dan rasa tanggung jawab untuk peduli akan lingkungan sekitar kita, memangnya selama ini seberapa banyak kerusakan yang sudah terjadi di lingkungan ini? Simak artikel berikut!!

 

Fosil manusia tertua yang sudah ditemukan saat ini berusia 300.000 tahun sedangkan usia bumi sudah mencapai 4,54 miliar tahun lamanya. Namun, sejak munculnya kehadiran manusia yang cukup singkat dibanding umur bumi itu sendiri sudah tak terhitung kerusakan yang dibuat peradaban manusia hingga masa kini. Sudah banyak kerusakan besar yang diakibatkan oleh umat manusia.

 

Manusia Pemusnah Hewan Liar di Dunia

Manusia hanya menempati 0,01% dari biomassa di bumi ini. Namun, hanya dalam hitungan beberapa abad manusia sudah memusnahkan 83% hewan mamalia liar dan menggantikannya dengan hewan-hewan ternak untuk dikonsumsi manusia (Carrington, 2018) . Tidak hanya itu, hampir separuh dari spesies tanaman musnah karena ulah manusia. Semua kepunahan ini disebabkan oleh keserakahan dan kegiatan manusia yang tidak bertanggung jawab. 

Salah satu peristiwa bersejarah dalam kehidupan zaman purba adalah ketika Homo Sapiens berhasil keluar dari Afro-Asia dan sampai di benua Australia. Sebagai ‘pendatang baru’ sudah jelas kita memerlukan banyak usaha untuk beradaptasi, tetapi apa yang manusia-manusia purba ini lakukan tidaklah sebatas beradaptasi. Mereka juga merubah benua ini hingga nyaris sulit dikenali (Harari, 2018).

 

Saat manusia pertama kali menginjakkan kaki di Australia terdapat banyak mahluk-mahluk aneh seperti kangguru yang beratnya hingga 200 kg, kadal yang menyerupai naga, koala yang sangat besar, dan juga ular sepanjang 5 m. Namun anehnya dari 24 spesies hewan-hewan raksasa, 23 diantaranya punah. Hal ini mengakibatkan rantai makanan yang sudah ada sejak dahulu harus kembali ditata ulang. Lalu apakah ini adalah akibat dari perbuatan manusia?

Banyak ilmuwan berargumen bahwa kepunahan tersebut adalah akibat dari iklim Australia pada saat itu, tetapi argumen tersebut banyak ditentang karena beberapa alasan:

  • Iklim Australia sudah berubah sejak 45.000 tahun sebelumnya, tapi tidak terdapat banyak perubahan pada populasi makhluk hidupnya selama itu.
  • Jika benar kepunahan massal ini karena iklim mengapa kepunahan secara besar-besaran hanya  terjadi pada makhluk darat?
  • Kepunahan ini terjadi berulang-ulang kali setelahnya, tepat setelah homo sapien datang ke bagian bumi yang baru lainnya.

Tampaknya argumentasi bahwa kepunahan ini dikarenakan iklim tidaklah memiliki landasan cukup kuat.

 

Polusi dari Aktivitas Manusia

Tak hanya kepunahan hewan lain yang menjadi permasalahan rusaknya bumi yang disebabkan dan harus dipertanggungjawabkan oleh umat manusia. Masalah selanjutnya yang sudah tidak asing dan menjadi masalah yang tidak kunjung terselesaikan adalah masalah polusi. Polusi atau pencemaran khususnya di Indonesia sudah merambah ke berbagai aspek kehidupan seperti polusi air, polusi sampah, dan polusi udara. Tidak untuk jangka pendek saja, akibat dari berbagai polusi ini juga berdampak jangka panjang untuk bumi ini.

 

Polusi air dan udara khususnya yang menurut Syakriah, 2020 telah merenggut 232.794 nyawa hanya karena masalah polusi yang disebabkan ulah manusia sendiri.  Polusi air sendiri datang dari limbah hasil industri baik industri pabrik besar hingga industri rumah tangga. Selain dari limbah industri, polusi air juga datang dari sektor pertanian yang menggunakan pestisida berbahan kimia yang secara otomatis tercampur dan larut dengan air. Air yang sudah terkontaminasi tanpa adanya filter akan bermuara ke laut yang mana air laut juga sangat berpotensi terkena polusi atau limbah langsung misalnya karena tumpahan saluran atau tambang minyak bumi bawah laut yang apabila di kalkulasikan dengan limbah air daratan akan hanya memusnahkan dan merusak lingkungan. 

 

Selain kompleksitas polusi air, polusi udara juga menjadi masalah yang serius dan perlu ditangani. Polusi udara yang disebabkan tidak hanya dari asap industri dan reduksi transportasi tetapi juga berasal dari asap pembakaran hutan untuk pembukaan lahan. Tingkat polusi tertinggi di Indonesia berada pada daerah kalimantan dan sumatera. Masalahnya, tingkat kepekatan polusi udara di Indonesia pada tahun 2016 telah menurunkan angka harapan hidup sebesar 1,2 tahun (Greenston dan Fan, 2019). Angka tersebut akan bertambah seiringnya waktu apabila tidak ada perubahan dari umat manusia dan akan membunuh umat manusia itu sendiri.

 

Semua kerusakan yang dilakukan oleh manusia pasti akan berdampak kembali pada manusia cepat atau lambat.  Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki kerusakan yang telah kita buat. Hal kecil apapun seperti membuang sampah pada tempatnya, tidak berlebihan dalam menggunakan sumber daya alam, meminimalisir penggunaan transportasi yang beremisi, dan banyak lainnya akan sangat berguna dan akan memulai perubahan besar dibandingkan tidak melakukan apapun. Ayo, jaga lingkungan sekitar untuk masa depan baik untuk kita, anak cucu kita, dan kehidupan lainnya.

 

Referensi :

Carrington, D. (2018, May 21). Environment. Retrieved from theguardian: https://www.theguardian.com/environment/2018/may/21/human-race-just-001-of-all-life-but-has-destroyed-over-80-of-wild-mammals-study

Greenstone, M., & Fan, Q. C. (2019, March). content. Retrieved from Air Quality Life Index: https://aqli.epic.uchicago.edu/wp-content/uploads/2019/03/Indonesia-Report.pdf

Harari, Y. N. (2018). Sapiens. Jakarta: KGP.

Syakriah, A. (2020, January 2). News. Retrieved from TheJakartaPost: https://www.thejakartapost.com/news/2019/12/30/pollution-kills-more-than-230000-indonesians-per-year-report.html

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.