Pandemi Covid-19 telah membuat banyak perubahan dalam kehidupan kita. Bisa jadi, ini adalah masa tersulit yang harus kita lewati. Sering kali realita yang ada tidak sesuai dengan ekspektasi yang telah kita rancang. Ketidaksesuaian ini terkadang membuat kita kecewa atas kebijakan-kebijakan yang ditentukan. Hal tersebut pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab dalam mengambil keuntungan pribadi, salah satunya melalui penyebaran berita hoax.
Menurut Silverman (2015), hoax adalah rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun ‘dijual’ sebagai kebenaran sedangkan menurut Werme (2016), hoax adalah berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoax bukan hanya misleading atau menyesatkan, melainkan juga informasi dalam hoax tidak memiliki landasan faktual, tetapi disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta (Liputan6.com, 2019).Wawancara yang dilakukan (Wahid, 2019) pada Polri menyebutkan bahwa berita hoax dapat berimbas pada sesuatu yang lebih besar bahkan konflik dan hal ini dapat terjadi apabila publik tidak berperan sebagai pengawas.
Sebagai generasi muda yang melek literasi digital, kita dapat mengantisipasi dalam penyebaran berita hoax khususnya pada masa pandemi. Pada masa pandemi seolah-olah berbagai informasi datang bertubi-tubi tanpa ada penyaringan dan berita hoax pun menyerang seolah tanpa ampun. Kominfo menemukan sebanyak 1.670 hoax terkait COVID-19 berdasarkan penanganan sebaran isi hoax dari awal 2020 hingga Juni 2021 (Anam, 2021). Salah satu contoh berita hoax yang sedang marak adalah berita terkait vaksin. Ada sebuah berita yang menyebutkan bahwa seseorang akan meninggal 1-2 tahun kemudian setelah diberi vaksin. Selain itu, ada juga yang menyebutkan bahwa saat kita diberi vaksin, tubuh kita akan dimasukkan chip dan hal ini hanyalah akal-akalan konglomerat dalam mengambil keuntungan dari bisnis vaksin. Bagi sebagian orang yang tidak memiliki kapasitas dalam menyaring informasi akan menganggap berita ini adalah fakta yang kemudian menimbulkan rasa khawatir, kecemasan, dan ketakutan berlebih pada vaksin. Dengan demikian, berita hoax juga akan berpengaruh bagi kesehatan mental seseorang.
Dampak psikologis yang ditimbulkan akibat beredarnya berita hoax sangatlah beragam. Hoax dapat menimbulkan kecemasan dan memicu kepanikan publik yang kemudian akan membuat overthinking dan membayangkan keadaan secara berlebihan. Selain itu, berita hoax juga mengganggu situasi emosional dan suasana hati yang berkepanjangan sampai menghantui pikiran dalam waktu yang lama (Kementerian Keuangan Indonesia, 2020). Sangat mengkhawatirkan sekali bukan dampak psikologis yang terjadi akibat berita hoax? Mari bersama-sama kita melawan penyebaran berita hoax untuk Indonesia merdeka jiwa.
Lalu mengapa sih orang – orang bisa percaya hoax? ada banyak sekali kemungkinan yang terjadi dan dapat dijelaskan mengapa orang bisa percaya akan berita atau informasi hoax.
Adanya Faktor Kognisi Sosial
Kognisi sosial merupakan cara bagaimana orang memilih, menafsirkan, mengingat, dan menggunakan informasi sosial untuk membuat penilaian dan keputusan (Aronson dan Sommers, 2019). Orang yang mempercayai hoax biasanya menggunakan jenis kognisi sosial low effort : automatic thinking yakni keadaan dimana orang akan berpikir secara cepat, otomatis, dan tanpa disadari bahwa itu merupakan pikiran atau asumsi yang berasal dari diri dia sendiri. Berita hoax biasanya memiliki tingkat penalaran yang mudah sehingga dengan mudah dipahami dan dengan tanpa sadar bahwa itu salah. Selain itu, mudahnya mempercayai sebuah berita atau informasi hoax juga dapat disebabkan oleh adanya bias negatif dalam kognisi sosial. Hal ini terjadi karena orang akan lebih sensitif pada informasi negatif daripada informasi positif karena informasi negatif sering dikaitkan dengan hal yang merugikan sehingga kita dengan cepat menanggapi dibanding informasi yang bersifat positif. Misalnya, orang akan lebih cepat menanggapi berita hoax tentang efek negatif dari sebuah vaksin seperti vaksin bisa mempercepat kematian, di dalam vaksin terdapat sebuah chip, dan lain sebagainya daripada menanggapi informasi positif tentang vaksin.
Tidak bisa membedakan opini dan fakta
Dalam memperoleh dan menyerap informasi, perlu adanya kemampuan membaca yang memadai dan baik sehingga pesan dari berita dan informasi dapat diterima dengan baik dan tidak mengalami “salah tangkap”. Salah satu kemampuan yang penting dan diperlukan dalam membaca sebuah berita atau informasi adalah membedakan opini dan fakta. Menurut Wahyudi dalam Fatima (2016), Fakta merupakan sebuah kalimat atau situasi kondisi apa adanya, tanpa penambahan atau pengurangan, dan bersifat objektif berdasarkan peristiwa apa adanya. Sedangkan opini berasal dari pendapat pribadi, dapat berubah – ubah, dan sifatnya subjektif. Maka dari itu, kemampuan membedakan opini dan fakta yang baik akan membawa kita kepada informasi yang benar dan menghindari kita dari giringan opini yang tidak berdasarkan fakta nyata. kemampuan membedakan opini dan fakta akan menghindarkan kita dari kebohongan dan manipulasi dari informasi sehingga secara otomatis kita akan terhindar juga dari berita hoax. Lalu bagaimana cara membedakan opini dan fakta secara cepat? Berikut langkah awal dan mudahnya :
- Apakah penulis dari sebuah berita menggunakan kata sifat seperti cantik, jelek, bagus, buruk? Jika iya, dapat dipastikan itu adalah sebuah opini. Jika tidak, dapat dipastikan itu adalah fakta
- Apakah penulis menggunakan kata “sepertinya” atau “saya rasa”? jika iya, dapat dipastikan itu adalah sebuah opini. Jika tidak , dapat dipastikan itu adalah fakta
- Apakah informasi yang didapat memiliki dasar bukti teori atau sumber penelitian yang kuat dan dapat dipercaya? Jika ya, dapat dipastikan itu adalah fakta. Jika tidak, dapat sangat dipastikan itu adalah opini.
Ingat bahwa ketiga cara diatas merupakan cara cepat. Terkadang opini juga dapat dikemas dengan dukungan fakta untuk dapat mendapatkan perhatian dari pembaca (Learning Center UII, 2019). Sehingga, perlu adanya ketelitian dan kecermatan juga dalam menentukan apakah ini fakta atau opini.
Hal kecil yang bisa berdampak besar
Banyak hal kecil yang bisa berdampak pada kepercayaan seseorang terhadap berita hoax yang sekaligus dapat menimbulkan kekeliruan bagi banyak hoax diantara lainnya (Wicaksono, 2019): 1) Hanya membaca dan menyimpulkan berita dari judulnya saja. terkadang hal ini banyak menimbulkan berita hoax karena banyak penulis berita berusaha membuat judul berita semenarik mungkin bahkan terkadang mengecoh pembacanya agar beritanya banyak dibaca. Untuk itu biasakan membaca berita hingga selesai agar tidak termakan judul. 2) Mempercayai berita karena banyak disukai dan dikomen oleh pengguna lainnya. Angka Like dan Komen tidak menjamin bahwa berita atau informasi yang disuguhkan merupakan berita yang valid oleh karena itu biasakan diri agar tidak mudah tergiring opini. 3) Tidak bisa membedakan mana sarkas dan mana fakta. banyak orang yang tertipu sebuah sarkasme menjadi sebuah hal yang benar dan serius. Selain itu, pastinya masih banyak hal – hal kecil lain yang bisa menggiring orang untuk mempercayai berita hoax.
Setelah kita mengetahui mengapa orang bisa percaya hoax, tentu kita juga harus mengetahui dampak negatif dari mempercayai sebuah berita atau informasi hoax. Dampaknya sendiri bisa hanya sebatas pada diri sendiri hingga dapat merugikan orang lain. Apabila kita mempercayai berita hoax maka secara otomatis kita sedang dibutakan oleh berita bohong yang tidak berdasarkan fakta, akibatnya kita juga akan salah dalam menafsirkan maksud dari informasi yang sebenarnya. Penyebaran berita hoax juga diyakini sangat cepat menyebar. Oleh karenanya, apabila kita mempercayai berita hoax kemudian kita menyebarkannya di media sosial atau di sekitar kita, maka sama saja kita menyebarkan dan membentuk rantai kebohongan baru. Cepatnya peredaran berita hoax sebenarnya juga menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Terbukti dengan adanya pasal 14 dan 15 UU Nomor 1 tahun 1946 yang mengatur tentang pelaku penyebaran berita bohong yang dapat menimbulkan keributan atau keonaran dan pasal UU ITE yang juga mengatur tentang penyebaran berita bohong (Chumairoh, 2020). Lalu apabila kita terus menyebarkan berita hoax seperti hal yang tidak benar tentang seseorang, kita bisa saja dituntut dengan pasal UU ITE dan dikenai sanksi penjara. Sangat tragis bukan?
Lalu, pasti timbul pertanyaan bagaimana caranya agar kita terhindar dari berita hoax? Sebenarnya kita tidak bisa menghindarinya tetapi kita bisa untuk tidak mempercayainya dan tidak menyebarluaskan berita tersebut. Lalu bagaimana caranya?
Berikut cara agar kita tidak termakan oleh berita hoax:
- Bersikap skeptis
Sebelum mempercayai sebuah kabar, tanya dulu diri sendiri, apakah sumbernya dapat dipercaya? Untuk menghindari berita hoax, ada baiknya kita lebih jeli dalam memverifikasi sumber datangnya berita, agar tidak ada kabar hoax.
- Bertanya pada ahli
Untuk lebih memastikan lagi, bertanya langsung kepada ahli dalam bidang tertentu. Misalnya, bertanya kepada ahli hukum, mengenai informasi tidak jelas mengenai kasus hukum tertentu, yang ramai beredar di masyarakat. Selain itu, kita pun bisa memanfaatkan situs-situs yang menyediakan layanan pengecekan fakta, agar berita hoax dapat dihindari.
- Jadilah orang yang penasaran
Psikolog Tom Stafford menyarankan bahwa kita semua dapat mengambil manfaat dari rasa ingin tahu yang lebih. Orang yang lebih ingin tahu muncul untuk menilai bukti ilmiah secara seimbang.
- Antisipasi Judul Berita yang Provokatif
Judul berita yang provokatif sering digunakan penulis untuk meningkatkan kunjungan atau tanggapan di sosial media melalui tulisannya sehingga pembaca perlu lebih waspada pada judul-judul berita yang provokatif.
- Baca secara menyeluruh
Biasanya berita hoax cenderung panjang dan bertele-tele dengan judul yang bersifat clickbait. Orang biasanya hanya membaca judulnya saja dan tidak membaca secara keseluruhan. Sebelum disebarluaskan bacalah berita tersebut secara utuh.
- Melakukan Fact-Check
Melansir situs resmi dari University of West Florida, upaya lain untuk menghindari hoax juga dapat dilakukan dengan melakukan fact-check atau pengecekan fakta.
Referensi
Anam, K. (2021, Agustus 9). Banyak Hoax soal Corona, Ini Langkah Antisipatif yang Bisa Dilakukan. Detik News. https://news.detik.com/berita/d-5674927/banyak-hoax-soal-corona-ini-langkah-antisipatif-yang-bisa-dilakukan
Aronson, A. Wilson, T., & Sommers, S.,R.(2019). Social Psychology, 10th edition. Pearson.
Chumairoh, H. (2020). Ancaman Berita Bohong di Tengah Pandemi Covid-19. Vox Populi,
3(1), 22-30.
David, R. (2017, Februari 11). How to avoid falling for lies and fake news. BBC.com. https://www.bbc.com/future/article/20170210-how-to-avoid-falling-for-lies-and-fake-news
Distinguishing Facts and Opinion. Learning.uii.ac.id. (2019). Retrieved 19 August 2021, from
Fatima, W. F. W. (2016). Kemampuan Menentukan Fakta dan Opini dalam Teks Tajuk
Rencana Koran Kompas Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Kendari. Jurnal Bastra (Bahasa Dan Sastra), 2(1).
Kementerian Keuangan Indonesia. (2020, Juni 22). Jangan Mudah Termakan Hoax, Saring Sebelum Sharing. kemenkeu.go.id. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13206/Jangan-Mudah-Termakan-Hoax-Saring-Sebelum-Sharing.html
Liputan 6. (2019, januari 10). Hoax Adalah, Ciri-ciri dan Cara Mengatasinya di Dunia Maya Dengan Mudah. Liputan 6.com. https://www.liputan6.com/news/read/3867707/hoax-adalah-ciri-ciri-dan-cara-mengatasinya-di-dunia-maya-dengan-mudah
Tokopedia. (2017, Agustus 31). 5 Cara Untuk Terhindar Dari Berita Hoax. Tokopedia.com. https://www.tokopedia.com/blog/cara-menghindari-berita-hoax/
Wahid, A. B. (2019, Januari 18). Polri Antisipasi Efek Hoax Agar Tak Seperti Lebanon dan Suriah. Detik news. https://news.detik.com/berita/d-4390571/polri-antisipasi-efek-hoax-agar-tak-seperti-lebanon-dan-suriah
Wicaksono, B. (2019). 8 Alasan Ilmiah Kenapa Banyak Orang Indonesia Mudah Percaya
Hoaks. IDN Times. Retrieved 19 August 2021, from
Yusuf, O., & Aprialdo, D. (2019, 10 20). Tips Terhindar dari Hoax, Lakukan 4 Langkah Ini! Kompas.com. https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/20/102634965/tips-terhindar-dari-hoaks-lakukan-4-langkah-ini?page=all#page2