Kegiatan kerelawanan meliputi beberapa aspek yang perlu dipelajari yaitu prosedur kerelawanan, building rapport, serta manajemen diri, dan anggota relawan lain saat berada di lokasi bencana. Menjadi relawan merupakan hal yang spontanitas karena bencana terjadi secara tiba-tiba. Namun, bukan berarti kita dapat melakukan penerjunan secara tiba-tiba dan tanpa persiapan. Sebagai relawan, kita harus mempersiapkan dasar-dasar dari kerelawanan agar saat di lokasi bencana kita dapat membantu penyintas serta mengaplikasikan ilmu yang kita dapatkan secara optimal.
Lalu, apa yang perlu dipersiapkan apabila kita terjun ke lokasi bencana? Terdapat beberapa hal yang perlu kita perhatikan dan kita persiapkan apabila kita terjun ke lokasi bencana. Hal yang perlu dipersiapkan yaitu:
- Kesehatan mental relawan: kesehatan mental relawan merupakan hal yang penting karena saat di lokasi bencana kita akan sering terpapar keadaan yang stressfull dan bisa berdampak pada kesehatan mental relawan itu sendiri.
- Kesehatan fisik: Kesehatan fisik sama pentingnya dengan kesehatan mental relawan. Saat di lokasi bencana, relawan akan terus bermobilitas dari pagi hingga malam sehingga dibutuhkan kekuatan fisik agar tidak tumbang saat melakukan kegiatan relawan.
- Memastikan kredensial dari pihak yang bertanggung jawab: Saat melakukan penerjunan, seharusnya ada pihak yang akan menjamin keselamatan kita di lokasi bencana dan hal itu merupakan hal yang penting agar keluarga atau orang tersayang tidak khawatir atas keberadaan kita di lokasi bencana.
- Informasi logistik: Pengetahuan tentang medan lokasi, peta lokasi, pihak-pihak yang berwajib, lokasi-lokasi posko yang tersedia, dan sebagainya penting untuk kita pelajari sebelum penerjunan ke lokasi bencana untuk mempermudah kegiatan kita disana.
- Peralatan: Peralatan kerelawanan dan peralatan pertolongan pertama penting untuk kita persiapkan terlebih dahulu untuk berjaga-jaga dan sebagai alat bantu kita di lokasi bencana.
- Izin dari orang tua dan orang tersayang: Izin merupakan hal yang penting agar kegiatan kita di sana lancar tanpa ada suatu halangan apapun.
Setelah kita mempersiapkan diri untuk berada di lokasi bencana, akan lebih baik kita persiapkan juga tempat tinggal kita disana kita juga perlu nih membuat posko bencana menjadi tempat yang sehat untuk kita tinggali. Selanjutnya, repsigama akan membagikan cara agar posko bencana dapat menjadi tempat yang sehat, sebagai berikut:
- Mempunyai kemampuan kepemimpinan/leadership
- Menerapkan metode SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer) dalam keseharian untuk mempermudah pembagian tugas
- Supplier: Siapa yang men-supply makanan dan kebutuhan sehari-hari
- Input
- Process: Siapa yang bertugas untuk memasak dan mengolah barang-barang tersebut
- Output: Siapa yang bertugas untuk mempersiapkan barang tersebut
- Customer: Siapa yang akan menerima barang tersebut
- Mempunyai kemampuan analisis kebutuhan/kelogistikan yang baik, seperti mengetahui keadaan kadaluarsa makanan
- Tetap memperhatikan kondisi mental relawan
- Mempunyai hubungan baik dengan para stakeholders
Poin yang kedua tentang kerelawanan 101 adalah building rapport. Lalu, apa sih building rapport itu? Building Rapport (BR) merupakan proses bagaimana kita membangun komunikasi dengan orang lain dan dilakukan secara sadar untuk membangun empati.
Dalam melakukan building rapport kita dapat menyebarkan:
- Mutual Attentiveness: dimana kita dengan lawan bicara saling berfokus dan tertarik pada apa orang lain ungkapkan dan lakukan
- Positivity: kita dan lawan bicara saling membuat suasana yang bersahabat dan menyenangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan perhatian penuh kepada satu sama lain.
- Coordination: dimana kita merasakan “nyambung” satu sama lain sehingga dapat memberikan pemahaman terhadap apa yang dibicarakan. Hal ini secara otomatis akan meningkatkan energi, nada suara, dan bahasa tubuh yang juga saling berkesinambungan.
Tentu saja, dalam membangun sebuah hubungan atau building rapport kita tidak boleh melupakan hal – hal dasar seperti nilai kesopanan adat dan keadaan setempat, memberikan senyum, relax, postur yang baik, dengarkan dengan seksama dan yang paling penting dan sering menjadi hal yang sepele adalah ingatlah nama lawan bicara kita. Nama merupakan salah satu identitas penting dan menjadi hal pertama yang pasti ditanyakan dalam membangun hubungan atau BR sehingga apabila kita bahkan lupa akan nama penyintas yang sedang kita ajak bicara secara otomatis akan meninggalkan kesan bahwa kita tidak memperhatikan penyintas sejak awal. Dalam melakukan BR untuk PFA kita juga harus mengetahui batasan seperti adat kebiasaan setempat yang tidak menutup kemungkinan akan berbeda dengan budaya asal kita atau juga mencari tingkat trauma yang sedang terjadi saat itu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat tiga kunci dalam melancarkan proses BR untuk memulai PFA yang baik yakni : Ketahui adat, kebiasaan, dan budaya sekitar.
Berbicara mengenai BR pada Psychological First Aid membuat kita bertanya, apa yang kita harapkan dari PFA sendiri dalam konteks pasca bencana? Banyak asumsi – asumsi yang mengatakan bahwa PFA hadir sebagai layanan konseling oleh profesional, sesuatu yang hanya profesional yang dapat melakukannya, atau PFA bertujuan untuk membuat para penyintas menganalisa kejadian secara runtut. Namun, (dan ingat) PFA hadir untuk mendengarkan secara seksama apa yang penyintas rasakan tanpa paksaan apapun.
Dalam menjadi relawan dan memberikan PFA kepada penyintas pasti kita akan menghadapi banyak masalah di mana dapat mengusik dan menguras emosi relawan yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas PFA yang kita berikan. Terdapat beberapa masalah yang kemungkinan akan dihadapi oleh relawan PFA dalam sebuah penerjunan seperti kejelasan dan kekacauan keadaan, konflik dengan pikiran sendiri, kekurangan anggota relawan yang dapat membuat kewalahan dan kondisi kesehatan mental relawan. Lalu bagaimana cara untuk mengatasinya? Ikuti 4 aturan wajib dalam menyiapkan dan menjalani peran relawan di bawah ini!
- Pelajari dan siapkan materi penerjunan seperti panduan PFA, Training of Trainers, Roleplay dan lainnya
- Kerjakan apa yang menjadi tugas atau bagianmu.
Seperti lakukanlah screening dan jangan jadi apatis sebelum terjun, paling tidak ketahui 2 hal krusial yakni: 1) mengetahui medan penerjunan (nama bandara pendaratan, nama provinsi, nama pulau, nama kabupaten, nama daerah, kenampakan alam sekitar, dan agama yang dominan di daerah tersebut) dan; 2) Ketahui tokoh dalam perjalanan anda (nama LO yang mengkoordinator dan nama tokoh masyarakat di daerah yang dibantu) - Mengatur jadwal intra tim relawan seperti mengetahui kapan waktunya volunteering dan kapan waktunya bersantai atau istirahat.
- Bergantung pada seseorang atau menjadi diri sendiri.
Ikutilah siapapun yang menjadi pemimpin di kelompokmu dan bersikap assertive. Namun, tidak menutup kemungkinan tetaplah ingat untuk menjadi diri sendiri dengan cara: 1) mengidentifikasi keadaan baik lingkungan dan diri sendiri; 2) merenungkan hal – hal apa saja yang bisa kita kontrol dan apa yang tidak bisa; 3) merenungkan bagaimana dinamika tim relawan selama ini; 4) apakah saya memiliki seseorang yang bisa menjadi penghambat atau pendukung dan; 5) merenungkan di mana letak kekuatan diri dan seberapa besar kekurangan yang ada.
Itulah sepenggal dari pengalaman yang pernah dilewati oleh para relawan – relawan senior kita yang pernah terjun dan langsung menghadapi berbagai situasi kondisi kebencanaan sehingga harapannya dapat menjadi bekal, pengalaman, dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua para Relawan Psikologi muda agar suatu saat kita siap terjun dan menyebarkan kebaikan bagi sesama. Prepare to Care!!