Setiap orang tentu memiliki cara tersendiri dalam mengisi waktu luang, salah satu kegiatan yang banyak digemari adalah bermain games atau permainan. Bentuk permainan yang dapat kita pilih juga sangat beragam, seperti permainan tradisional, permainan papan, permainan kartu, hingga permainan yang dimainkan secara online melalui gawai. Canggihnya teknologi pada masa modern seperti sekarang juga menjadi sarana yang membantu perkembangan dunia games. Bermain games kerap kali dipilih karena bersifat menyenangkan dan memberi efek refreshing jika dilakukan setelah kegiatan yang melelahkan. Apabila dilakukan secara berlebihan, bermain games memang dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Akan tetapi, kita juga perlu mengetahui bahwa kehadiran permainan tertentu dapat memberikan dampak baik. Nah, ternyata terdapat beberapa permainan yang dapat mampu memberi efek baik bagi kesehatan otak dan pikiran kita. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini Repsigama akan membahas beberapa permainan yang dapat meningkatkan kesehatan otak. Silahkan disimak, teman-teman!
- Jenga
Jenga adalah permainan balok kayu yang disusun sedemikian rupa sehingga terbentuk kotak tinggi. Jenga dapat dimainkan oleh dua hingga sepuluh orang. Permainan ini dilakukan dengan memindahkan salah satu balok yang dipilih secara bebas lalu disusun pada bagian paling atas. Balok yang dipindahkan harus disusun secara silang-saling dengan susunan balok paling atas. Pemain hanya diperbolehkan menggunakan satu tangan dan balok yang telah dipilih pertama kali tidak boleh dikembalikan. Permainan berakhir jika susunan balok runtuh karena salah satu pemain. Jenga rupanya juga memiliki manfaat bagi otak dan pikiran. Bagian korteks frontal pada otak diketahui aktif ketika seseorang bermain jenga (Liu et al., 2016). Korteks frontal berperan dalam merencanakan gerakan yang kompleks dan memaksimalkan penggunaan memori prospektif yang berfungsi untuk mengingat kegiatan tertentu di masa mendatang. Selain itu, bermain jenga mampu mengembangkan kemampuan mengambil keputusan dan mendukung kemampuan interaksi sosial. - Permainan Simulasi
Permainan simulasi atau yang lebih dikenal sebagai simulation games adalah jenis permainan online yang memiliki konsep menyerupai berbagai kegiatan di kehidupan dunia nyata. Permainan simulasi dapat membantu pemain untuk mengeksplorasi dan mempelajari hal tertentu. Beberapa contoh permainan simulasi yakni, Animal Crossing, The Sims, Harvest Moon, Stardew Valley, dan sebagainya. Menurut sebuah review oleh Reynaldo et al. (2020), memainkan permainan simulasi terbukti dapat meningkatkan kemampuan individu dalam pembuatan keputusan (decision making). Bentuk peningkatan dalam pengambilan keputusan dapat berupa kepercayaan diri dan keyakinan seseorang pada keputusan yang ia ambil. Selain itu, jenis permainan ini juga dianggap mampu meningkatkan cognitive functioning (fungsi kognitif) pada individu dewasa. Peningkatan fungsi kognitif dapat berdampak baik karena individu akan cenderung memikirkan berbagai konsekuensi sebelum mengambil keputusan. - Sudoku
Sudoku merupakan permainan asal Jepang yang kerap kali dikaitkan dengan kesehatan otak. Dalam permainan ini, terdapat 81 kotak kecil yang dipisah menjadi sembilan bagian. Pemain harus mengisi kotak kecil tersebut dengan angka satu hingga sembilan. Akan tetapi, dalam setiap kolom, baris, dan satu bagian tidak diperbolehkan adanya pengulangan angka. Permainan sudoku disajikan dalam bentuk papan, kertas, buku, dan telah diadaptasi menjadi aplikasi permainan dalam smartphone. Berdasarkan artikel oleh Theodore (2022), terdapat kajian dengan 19.000 partisipan membuktikan bahwa kegiatan bermain sudoku berkorelasi dengan brain functioning (fungsi otak). Selain itu, bagian medial dan lateral korteks prefrontal juga berfungsi secara aktif ketika seseorang bermain sudoku (Ashlesh et al., 2020). Korteks prefrontal pada otak berperan sebagai bagian yang mengatur perencanaan, pengambilan keputusan, mempertimbangkan konsekuensi, dan fungsi eksekutif lainnya. Dengan demikian, sudoku mampu mengoptimalisasi fungsi tersebut. Sudoku juga disarankan menjadi bentuk latihan bagi individu dengan gangguan fungsi otak (neuropsikiatri). - Permainan Warna
Permainan warna merupakan permainan yang cukup sederhana untuk dilakukan. Kamu hanya perlu menuliskan daftar warna dan mengubah warna sesungguhnya dari tulisan warna tersebut. Sebagai contoh: merah, kuning, hijau, biru. Lalu, mintalah seseorang untuk menyebutkan warna dari tulisannya bukan membaca tulisan itu sendiri. Mungkin hal ini terdengar cukup mudah, namun sesungguhnya ini adalah permainan yang cukup tricky. Kita perlu memfokuskan pikiran kita agar bisa menyebutkan apa yang terlihat warnanya bukan menyebutkan kata dari tulisan itu sendiri.
Bagaimana teman-teman? Apakah kalian tertarik untuk memainkan beberapa permainan yang telah dibahas sebelumnya? Dengan adanya pembahasan ini, Repsigama berharap teman-teman dapat lebih bijak memilih permainan dan mempertimbangkan manfaat yang akan didapat. Selain itu, memainkan permainan tertentu juga perlu batasan sehingga tidak berlebihan. Selamat bermain, ya!
Daftar Pustaka
Theodore, T. (2022, March 2). Games for the brain. Practical Psychology. https://practicalpie.com/games-for-the-brain/#:%7E:text=Big%20Sudoku%20books%2C%20websites%20dedicated,that%20Sudoku%20improved%20these%20skills.
Ashlesh, P., Deepak, K. K., & Preet, K. K. (2020). Role of prefrontal cortex during sudoku task: fNIRS study. Translational Neuroscience, 11(1), 419–427. https://doi.org/10.1515/tnsci-2020-0147
Reynaldo, C., Christian, R., Hosea, H., & Gunawan, A. A. S. (2021). Using Video Games to Improve Capabilities in Decision Making and Cognitive Skill: A Literature Review. Procedia Computer Science, 179, 211–221. https://doi.org/10.1016/j.procs.2020.12.027
Liu, N., Mok, C., Witt, E. E., Pradhan, A. H., Chen, J. E., & Reiss, A. L. (2016). NIRS-Based hyperscanning reveals inter-brain neural synchronization during cooperative jenga game with face-to-face communication. Frontiers in Human Neuroscience, 10. https://doi.org/10.3389/fnhum.2016.00082
Penulis :
Salmaa Azzahra
Faizah Imani Nouriza
Editor :
Basilia Faras Adriana