Beberapa waktu lalu, fenomena gempa bumi wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada 8 Juni 2023 sempat menjadi perbincangan hangat warganet Twitter. Guncangan gempa bermagnitudo 6.1 begitu terasa di wilayah Yogyakarta, Solo, Kebumen, hingga wilayah Jawa Timur (BMKG, 2023). Guncangan terjadi sangat singkat dan tidak menimbulkan korban jiwa. Meskipun begitu, terjadinya bencana tentunya tetap menimbulkan kekhawatiran banyak masyarakat. Bagai pepatah mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, potensi dampak kerugian bencana tidak dapat diperkirakan secara pasti oleh siapapun. Dengan demikian, diperlukan kesiapsiagaan dan manajemen bencana yang tepat untuk meminimalisir kerugian yang akibat bencana.
Hingga saat ini, kebijakan pemerintah dan kegiatan masyarakat dalam pengelolaan bencana masih banyak berfokus pada program tanggap darurat dan program rehabilitasi yang bersifat merekonstruksi pascabencana (Hidayanti, 2008). Padahal, persiapan prabencana dan ketahanan masyarakat sebelum menghadapi krisis merupakan prioritas pertama. Kurangnya persiapan masyarakat terhadap terjadinya bencana juga pernah dikaji oleh banyak peneliti. Berdasarkan sebuah penelitian oleh Rahmanto (2017) di Kabupaten Bantul, masyarakat Desa Pleret yang pernah mengalami Gempa Bumi Yogyakarta 2006 berada pada kategori ‘tidak siap’ sebab belum memiliki pengetahuan seputar bencana dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelatihan siap siaga bencana. Sebagai saran, peneliti juga menggarisbawahi pentingnya menyiapkan masyarakat untuk menghadapi bencana melalui pelatihan kesiapsiagaan bencana.
Lalu, kemampuan seperti apa yang perlu diketahui dan dapat dilatih sebagai bentuk persiapan sebelum bencana? Kemampuan bertahan hidup atau survival skills menjadi jawabannya! Kemampuan bertahan hidup merupakan salah satu bekal yang dapat dipersiapkan untuk melalui berbagai krisis dan bencana. Kemampuan bertahan hidup dapat berperan untuk membantu individu tetap dalam kondisi stabil dalam menghadapi rintangan tertentu (Bevill & Gast, 1998, as cited in Nurkholidah, 2022). Maka dari itu, Litbang Repsigama siap merangkum beberapa basic survival skills yang dapat teman-teman kuasai untuk menghadapi bencana. Simak dengan saksama, ya!
- Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) merupakan bentuk upaya penanganan pertama dan sementara yang diperlukan saat terjadi bencana (Andini et al., 2022). Pengetahuan tentang P3K dapat membantu mengurangi risiko cedera serius, terutama pada saat proses evakuasi. Beberapa contoh P3K yang paling penting untuk dikuasai adalah penanganan luka luar, penanganan patah tulang kaki atau tangan, serta pengangkatan dan pemindahan korban dengan tandu.
2. Memasak dan Mengidentifikasi Bahan Makanan
Dalam mempersiapkan makanan saat bencana, tentunya diperlukan kemampuan mengidentifikasi bahan makanan untuk keperluan konsumsi. Setiap individu perlu memiliki pengetahuan berkaitan dengan bahan makanan yang tahan lama, mudah diolah, bergizi, dan mengenyangkan. Kemampuan masak juga akan bermanfaat apabila terdapat dapur umum darurat bagi penyintas bencana. Nah, pada postingan sebelumnya, Litbang Repsigama juga sempat membahas secara lengkap terkait bahan makanan yang pas untuk dikonsumsi pascabencana, check them out!
3. Mengenali Kualitas Air Layak Minum
Menurut Purwoko (2018), air yang layak minum adalah air yang bersumber dari ledeng meteran, sumur bor, sumur terlindung, dan mata air terlindung dengan jarak lebih dari 10 meter dari tempat pembuangan limbah. Sementara itu, menurut Kepmenkes Nomor 907 Tahun 2002, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Adapun syarat air layak minum menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) terdiri dari lima kriteria, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Dalam keadaan bencana, terdapat banyak keterbatasan yang dihadapi untuk mengidentifikasi air yang layak untuk diminum sehingga langkah yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi dengan mengandalkan indra. Oleh karena itu, kriteria utama yang dapat diidentifikasi dalam keadaan tersebut adalah air tidak berbau dan tidak berwarna.
4. Kemampuan Mendirikan Tenda (Shelter)
Bencana yang menimbulkan kerusakan bangunan dan infrastruktur terkadang membuat penyintas harus mencari tempat tinggal sementara. Masyarakat bersama dengan instansi penanggulangan bencana, umumnya mendirikan shelter berupa tenda pengungsian. Shelter sebagai tempat tinggal sementara harus dapat melindungi individu dari cuaca panas, dingin, dan hujan (Wilderness Awareness School, n.d.). Kemampuan mendirikan tenda juga dapat didukung dengan keahlian tali temali.
Penulis : Faizah Imani Nouriza dan Trixy Theodora Situngkir
Editor : Ivana Galuh Paramita
Desain: Sania Inggar Nur Fatimah
Referensi
Andini, I. R., Kahirunnisa, N., Suratni, D., Mulyani, B. A. N., Rachman, P. L., Ramadhani, D., & Idrus, A. A. (2022). Mengenali resiko bencana melalui program sosialisasi, mitigasi, dan praktik P3K di Desa Tanjung Luar. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 5(2), 6–9. https://doi.org/10.29303/jpmpi.v5i2.1505
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Republik Indonesia (BMKG) [@infoBMKG]. (2023, June 8). #Gempa Mag:6.1, 08-Jun-2023 00:04:55WIB, Lok:9.15LS, 110.69BT (117 KM Barat Daya PACITAN-JATIM), Kedlmn:10 Km [Tweet]. Twitter. https://twitter.com/infoBMKG/status/1666492000584228864
Hidayati, D. (2008). Kesiapsiagaan masyarakat: Paradigma baru pengelolaan bencana alam. Jurnal Kependudukan Indonesia, 3(1), 69–84. https://doi.org/10.14203/jki.v3i1.164
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Apa saja syarat-syarat air minum? Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. https://p2ptm.kemkes.go.id/preview/infografhic/apa-saja-syarat-syarat-air-minum
Nurkholidah, E., Yusuf, S., Ilfiandra I., & Ahman, A. (2022). Analysis of survival-skills among adolescents in Yogyakarta. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 10(1), 79–86. https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/geo-educasia/article/view/9767
Purwoko, S. (2018). Indikator air layak minum dan sanitasi layak dalam mendukung upaya kesehatan lingkungan di rumah tinggal. Prosiding Seminar Nasional Germas 2018, 1(1), 254–265. https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18/article/view/352/82
Rahmanto, D. (2017). Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gempa bumi di Desa Pleret Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. Geo Educasia, 2(2), . https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/geo-educasia/article/view/9767
Wilderness Awareness School. (n.d). 5 basic survival skills. Wilderness Awareness School. https://wildernessawareness.org/articles/5-basic-survival-skills/