Dukungan psikososial (psychosocial support) mengacu pada hubungan yang dinamis antara dimensi psikologis dengan sosial individu yang saling berkaitan satu sama lain. Dimensi psikologis merupakan proses internal atau keadaan pikiran dan jiwa individu yang meliputi emosi, pikiran, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai individu, sedangkan dimensi sosial merupakan hubungan individu dengan individu lain atau pihak eksternal yang meliputi interaksi sosial, keluarga, komunitas, dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Dukungan psikososial biasanya diberikan dengan beberapa tujuan, yaitu:
- Memberikan dan meningkatkan rasa aman pada individu, kelompok, maupun komunitas;
- Menenangkan individu dengan perasaan cemas dan emosi yang tinggi;
- Mendorong timbulnya kontrol diri pada individu dan kemampuan untuk menangani situasi krisis;
- Meningkatkan hubungan sosial antar individu untuk meningkatkan peluang penerimaan dan pemberian dukungan pada individu; dan
- Menumbuhkan harapan pada individu agar individu dapat berpikir positif dalam menghadapi keadaan yang sulit.
Dalam memberikan bantuan psikososial, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, bantuan harus didasarkan pada kapasitas yang tersedia dengan tujuan untuk memampukan masyarakat. Kedua, masyarakat pada dasarnya memiliki ketahanan dan kapasitas alamiah untuk pulih dari krisis. Oleh karena itu, penting bagi relawan untuk menghargai, memahami, dan memampukan masyarakat dalam upaya pemulihan mandiri. Ketiga, melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat menumbuhkan rasa kepemilikan atas program pemulihan dan keyakinan atas kapasitas yang mereka miliki. Terakhir, bantuan psikososial tidak sama dengan psikoterapi individu sehingga membutuhkan dukungan sosial sebagai kunci utama dalam penerapannya.
Intervensi kesehatan jiwa dan dukungan psikososial dapat dilakukan dalam empat level, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar dan rasa aman, penguatan dukungan komunitas dan keluarga, layanan terfokus non-spesialis, serta layanan spesialis. Pemenuhan kebutuhan dasar dan rasa aman dapat berupa program yang diberikan untuk memastikan martabat kemanusiaan dan kesejahteraan psikososial individu. Penguatan dukungan komunitas dan keluarga dapat membantu mengembalikan rutinitas serta menguatkan resiliensi individu dalam keluarga dan komunitas. Layanan terfokus nonspesialis dapat diberikan oleh pekerja yang terlatih kepada individu dan keluarga yang umumnya meliputi berbagai jenis layanan kesehatan dasar, Berbeda dengan layanan nonspesialis, layanan spesialis diberikan oleh psikiater, psikolog, atau tenaga medis kesehatan jiwa lainnya kepada individu dan keluarga. Namun, perlu diingat bahwa keempat level ini bukan merupakan tahapan yang harus dilalui oleh setiap individu. Individu dapat diberikan intervensi pada level manapun sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.
Dilansir dari WHO (2013), PFA adalah pemberian bantuan yang bersifat manusiawi, mendukung, dan praktikal kepada orang-orang yang baru saja mengalami kejadian yang sangat menekan. Tujuannya adalah untuk memahami cara yang tepat dalam bertindak dan bertutur kata saat memberikan bantuan kepada orang yang baru saja mengalami peristiwa menakutkan atau krisis. Aksi memberi pertolongan pertama melibatkan tindakan yang tidak mengganggu, memberikan perhatian, dan mendukung secara praktikal. Selain itu juga agar dapat memeriksa kebutuhan dan kepentingan, membantu orang menentukan kebutuhan dasarnya, dan mendengarkan seseorang tetapi tidak memaksa mereka berbicara. Hasil dari psychological first aid dapat menjaga seseorang dari risiko ke depannya, memberi kenyamanan dan ketenangan, juga membantu mereka mendapatkan informasi serta terhubung dengan fasilitas dan dukungan sosial. Namun, tenang saja, PFA bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak harus oleh seseorang berlatar belakang psikologi!
PFA terdiri dari tiga prinsip yaitu 3L: Look, Listen, dan Link. Ketika melakukan tahap pertama Look, seorang relawan dapat mengamati keamanan dan keselamatan penyintas seperti aksesibilitas mereka, kebutuhan dasar yang mendesak, dan reaksi stres serius. Langkah kedua yaitu Listen dapat dilakukan dengan building rapport dan mendengarkan refleksi emosi para penyintas secara aktif. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan Listen, seperti tidak memberikan janji-janji, memaksa untuk bercerita, dan memberikan penilaian pada penyintas. Langkah terakhir adalah Link atau menghubungkan penyintas dengan pihak-pihak terkait untuk memenuhi kebutuhan mereka dan memberikan informasi yang dibutuhkan. Setelah rangkaian bantuan dan aksi kerelawanan telah selesai dilaksanakan, relawan dapat berpamitan dengan para penyintas sambil memastikan bahwa mereka telah terhubung dengan pihak-pihak lain yang dapat membantu. Pastikan juga bahwa para penyintas telah memiliki sumber informasi yang cukup.
Penulis: Trixy Theodora Situngkir & Nahya Nazla Atsilah Priyadi
Editor: Regia Zahra Humaira