Recap Kelas Medis “Eating Disorder” – 29 Mei 2021
Eating disorder bukan pilihan gaya hidup atau pencarian atensi.
Jenis-jenis eating disorder:
- Anorexia Nervosa
Ketakutan yang besar akan kenaikan berat badan sehingga mengupayakan agar berat badan tidak bertambah. - Bulimia Nervosa
Makan dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat, tetapi diikuti dengan ketergantungan tindakan kompensatori (muntah atau minum obat tertentu) untuk menjaga berat badannya. - Binge Eating Disorder
Makan dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat dan tidak diikuti dengan ketergantungan tindakan kompensatori. Makan dilakukan walaupun tidak merasa lapar, sampai merasa tidak nyaman, dilakukan sendirian, dan setelahnya ada rasa bersalah, malu, atau distress lain. - Pica
Makan sesuatu yang bukan makanan, tidak bernutrisi, dan perilaku tersebut tidak lazim di masyarakat. Contohnya, makan tanah, tepung mentah, atau pasir minimum selama sebulan. - Avoidant/ Restrictive Food Intake Disorder
Tidak tertarik sama sekali dengan makanan. Namun, hal tersebut tidak disebabkan karena kondisi medis atau batasan budaya. Tindakannya adalah menghindari makanan dengan karakteristik tertentu. - Body Dysmorphic Disorder
Terlalu fokus pada kekurangan diri yang sebenarnya tidak tampak atau di mata orang lain tidak terlalu penting. Contohnya adalah Muscle Dysmorphia, yaitu individu merasa kekurangan otot. Tindakan yang biasa dilakukan adalah mengaca terus, skin-picking, membandingkan penampilan dengan orang lain. - Orthorexia Nervosa
Obsesi memiliki pola makan yang sehat dan ideal, tapi tujuannya bukan untuk penurunan berat badan. Karaktistiknya adalah kompulsif dan/atau preokupasi mental tentang pola makannya, jika melanggar aturannya sendiri menyebabkan ia sangat takut, cemas, dan stres, melakukan pembatasan makanan yang menjadi lebih parah selanjutnya. - Other Specified Feeding & Eating Disorder
- Purging Disorder: menyalahggunakan obat laksatif/diuretik/obat lainnya maupun memuntahkan kembali makanan, tapi tanpa disertai Binge Eating
- Night Eating Disorder : makan banyak di malam hari.
Berikut adalah dampak dari Eating Disorder dari berbagai sisi.
- Kardiovaskular
Penggunaan laksatif & diuretik dapat menyebabkan tubuh kehilangan elektrolit yang diperlukan kesehatan jantung & tekanan darah. Tekanan darah dan detak jantung yang turun dapat berujung pada gagal jantung. - Pencernaan
Eating Disorder dapat menimbulkan Gastroparesis alias melambatnya sistem pencernaan yang kemudian menyebabkan kembung, sakit kepala, mual dan muntah, gula darah naik turun drastis, berhentinya pergerakan usus sehingga menyebabkan makanan diam di dalam usus. Masalah dalam usus tersebut berakibat infeksi bakteria dan konstipasi kronis. Selain itu, binge eating dapat menyebabkan lambung robek. Muntah terlalu sering juga dapat merusak gigi dan esofagus. Dampak lain adalah terjadinya pankreatitis. - Neurologi
Dari sisi neurologi, eating disorder dapat menyebabkan bahan baku untuk otak tidak terpenuhi. Dengan demikian, seseorang bisa menjadi sulit konsentrasi, sulit tidur karena kelaparan, obsesi dengan makanan,merasa pusing/ pingsan saat berdiri. Eating Disorder juga menimbulkan ketidak-seimbangan elektrolit sehingga berpotensi mengalami seizure dan kram. Sleep apnea atau berhenti bernafas saat tidur juga menjadi salah satu dampak gangguan ini. - Endokrin
Hormon sex dan tiroid dapat menurun kadarnya karena eating disorder. - Lainnya
Dampak lainnya adalah rontoknya rambut, dehidrasi kronis yang berakibat pada gagal ginjal, dan malnutrisi kronis.
Beberapa faktor risiko eating disorder meliputi:
Biologis
- Suka ber-diet
Orang yang suka melakukan diet obsesinya akan “berat badan” akan bertambah yang justru dapat meningkatkan resiko binge eating. - Kekurangan kalori kronis
Biasanya terjadi pada orang yang menyukai olahraga berat (mereka akan memperhatikan kalori dan bentuk badannya). Termasuk Termasuk dari growth spur, sakit atau latihan olahraga berat. - Tipe satu diabetes melitus
Sengaja tidak menyuntik insulin “diabulimia”, bertujuan agar kurus. - Keluarga dengan eating atau mental health disorder
Apabila ada keluarga yang memiliki eating atau mental health disorder biasanya dapat beresiko menurunkan anxiety, depresi & adiksi
Psikologis
- Perfeksionis
Orang yang perfeksionis memiliki Standar terhadap diri sendiri yang tidak realistik. - Ketidakpuasan dengan body image diri
Merasa tidak puas dengan diri sendiri secara mental / fisik. - Anxiety disorder
Pernah mengalami anxiety disorder/ OCD, social phobia. - Behavioural inflexibility
Tidak mau mengikuti perkembangan zaman dan hanya merasa boleh ada 1 aturan yang “benar”.
Sosial
- Stigma berat/bentuk badan
Adanya stigma “thinner is better” marketing strategies. - Akulturasi
Adanya westernisasi. Setelah 3 tahun tv barat masuk ke Fiji 74% wanita merasa gemuk, 69% berdiet,29% clinical eating disorder. Padahal memang ada perbedaan bentuk badan orang Fiji dan orang barat. - Hubungan sosial orang terbatas
Tidak memiliki banyak relasi, selalu sendirian & mengisolasi diri, serta kurangnya dukungan sosial. - Bullying
Mendapat bullying terutama bullying dalam hal body atau weight shaming.
Pica
- Malnutrisi
Kekurangan zat besi dan seng - Mental disorder
Memiliki intellectual disability, scizophrenia, dan ASD.
ARFID atau ketidaktertarikan terhadap makanan
- Mental disorder
Memiliki intellectual disability, scizophrenia, dan ASD. - Extreme picky eating
Seorang anak tidak dibimbing secara profesional, sehingga Tidak bisa melewati fase fussy eater bertahun-tahun
Cara menghindari eating disorder:
- Body image
Berfokus pada cara pandang terhadap bentuk tubuh,penampilan, menyadari bahwa kesempurnaan fisik yang ditampilkan oleh media tidak realistik. Setelah menyadari bahwa kesempurnaan fisik seperti badan barbie atau model-model yang ditampilkan di media tidak realistik, dapat menerima tubuh yang tidak seperti gambaran “body image” yang tidak realistik tersebut. - Health at every size and body size
Fokus pada mindfulness (mindful eating & exercise) dalam menjaga dan mengatur kesehatan tubuh. Bentuk tubuh & Berat badan bukan patokan kesehatan Kita bisa berusaha untuk menjadi sehat kapanpun, bagaimanapun keadaan tubuh kita saat ini. Mengatur pola makan dan berolahraga karena merasa enjoy & butuh, bukan suatu tekanan atau hukuman. Dapat membedakan mana “lapar mata” dan “lapar fisik”. Lapar mata yaitu Lapar & haus karena perubahan hormon/mood, ingin coba, sedangkan lapar fisik yaitu Lapar & haus karena tubuh butuh energi, nutrien, cairan, . - Mengatur pola makan yang baik
Cara mengatur pola makan yang baik:- Jadwal makan teratur yaitu tiap 2-3 jam dan ada snack time.
- Jadwal tidur teratur yaitu 6-8 jam.
- Sering minum air putih.
- Protein di tiap jam makan.
- Mengurangi gorengan.
- Perbanyak buah & sayur.
Melakukan healthy plate disetiap makan, setengah piring bisa diisi dengan serat yang tidak digoreng lalu, seperempat nabati yang juga tidak digoreng dan seperempat lagi karbohidrat.Daftar Pustaka
Hudson, J. I., Hiripi, E., Pope H. G. Jr., And Kessler, R. C. (2007). The prevalence and correlates of eating disorders in the national comorbidity survey replication. Biol. Psychiatr, 61, 348–358. Doi: 10.1016/J.Biopsych.2006.03.040