Recap Kelas Medis “Eating Disorder” – 29 Mei 2021

Eating disorder bukan pilihan gaya hidup atau pencarian atensi.

Jenis-jenis eating disorder:

  1. Anorexia Nervosa
    Ketakutan yang besar akan kenaikan berat badan sehingga mengupayakan agar berat badan tidak bertambah.
  2. Bulimia Nervosa
    Makan dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat, tetapi diikuti dengan ketergantungan tindakan kompensatori (muntah atau minum obat tertentu) untuk menjaga berat badannya.
  3. Binge Eating Disorder
    Makan dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat dan tidak diikuti dengan ketergantungan tindakan kompensatori. Makan dilakukan walaupun tidak merasa lapar, sampai merasa tidak nyaman, dilakukan sendirian, dan setelahnya ada rasa bersalah, malu, atau distress lain.
  4. Pica
    Makan sesuatu yang bukan makanan, tidak bernutrisi, dan perilaku tersebut tidak lazim di masyarakat. Contohnya, makan tanah, tepung mentah, atau pasir minimum selama sebulan.
  5. Avoidant/ Restrictive Food Intake Disorder
    Tidak tertarik sama sekali dengan makanan. Namun, hal tersebut tidak disebabkan karena kondisi medis atau batasan budaya. Tindakannya adalah menghindari makanan dengan karakteristik tertentu.
  6. Body Dysmorphic Disorder
    Terlalu fokus pada kekurangan diri yang sebenarnya tidak tampak atau di mata orang lain tidak terlalu penting. Contohnya adalah Muscle Dysmorphia, yaitu individu merasa kekurangan otot. Tindakan yang biasa dilakukan adalah mengaca terus, skin-picking, membandingkan penampilan dengan orang lain.
  7. Orthorexia Nervosa
    Obsesi memiliki pola makan yang sehat dan ideal, tapi tujuannya bukan untuk penurunan berat badan. Karaktistiknya adalah kompulsif dan/atau preokupasi mental tentang pola makannya, jika melanggar aturannya sendiri menyebabkan ia sangat takut, cemas, dan stres, melakukan pembatasan makanan yang menjadi lebih parah selanjutnya.
  8. Other Specified Feeding & Eating Disorder
    • Purging Disorder: menyalahggunakan obat laksatif/diuretik/obat lainnya maupun memuntahkan kembali makanan, tapi tanpa disertai Binge Eating
    • Night Eating Disorder : makan banyak di malam hari.

Berikut adalah dampak dari Eating Disorder dari berbagai sisi.

  1. Kardiovaskular
    Penggunaan laksatif & diuretik dapat menyebabkan tubuh kehilangan elektrolit yang diperlukan kesehatan jantung & tekanan darah. Tekanan darah dan detak jantung yang turun dapat berujung pada gagal jantung.
  2. Pencernaan
    Eating Disorder dapat menimbulkan Gastroparesis alias melambatnya sistem pencernaan yang kemudian menyebabkan kembung, sakit kepala, mual dan  muntah, gula darah naik turun drastis, berhentinya pergerakan usus sehingga menyebabkan makanan diam di dalam usus. Masalah dalam usus tersebut berakibat infeksi bakteria dan konstipasi kronis. Selain itu, binge eating dapat menyebabkan lambung robek. Muntah terlalu sering juga dapat merusak gigi dan esofagus. Dampak lain adalah terjadinya pankreatitis.
  3. Neurologi
    Dari sisi neurologi, eating disorder dapat menyebabkan bahan baku untuk otak tidak terpenuhi. Dengan demikian, seseorang bisa menjadi sulit konsentrasi, sulit tidur karena kelaparan, obsesi dengan makanan,merasa pusing/ pingsan saat berdiri. Eating Disorder juga menimbulkan ketidak-seimbangan elektrolit sehingga berpotensi mengalami seizure dan kram. Sleep apnea atau berhenti bernafas saat tidur juga menjadi salah satu dampak gangguan ini.
  4. Endokrin
    Hormon sex dan tiroid dapat menurun kadarnya karena eating disorder.
  5. Lainnya
    Dampak lainnya adalah rontoknya rambut, dehidrasi kronis yang berakibat pada gagal ginjal, dan malnutrisi kronis.


Beberapa faktor risiko eating disorder meliputi:

Biologis 

  1. Suka ber-diet
    Orang yang suka melakukan diet obsesinya akan “berat badan” akan bertambah yang justru dapat meningkatkan resiko binge eating.
  2. Kekurangan kalori kronis
    Biasanya terjadi pada orang yang menyukai olahraga berat (mereka akan memperhatikan kalori dan bentuk badannya). Termasuk Termasuk dari growth spur, sakit atau latihan olahraga berat.
  3. Tipe satu diabetes melitus
    Sengaja tidak menyuntik insulin “diabulimia”, bertujuan agar kurus.
  4. Keluarga dengan eating atau mental health disorder
    Apabila ada keluarga yang memiliki eating atau mental health disorder biasanya dapat  beresiko menurunkan anxiety, depresi & adiksi

Psikologis 

  1. Perfeksionis
    Orang yang perfeksionis memiliki Standar terhadap diri sendiri yang tidak realistik.
  2. Ketidakpuasan dengan body image diri 
    Merasa tidak puas dengan diri sendiri secara mental / fisik.
  3. Anxiety disorder
    Pernah mengalami anxiety disorder/ OCD, social phobia. 
  4. Behavioural inflexibility
    Tidak mau mengikuti perkembangan zaman dan hanya merasa boleh ada 1 aturan yang “benar”.

Sosial 

  1. Stigma berat/bentuk badan
    Adanya stigma “thinner is bettermarketing strategies.
  2. Akulturasi
    Adanya westernisasi. Setelah 3 tahun tv barat masuk ke Fiji 74% wanita merasa gemuk, 69% berdiet,29% clinical eating disorder. Padahal memang ada perbedaan bentuk badan orang Fiji dan orang barat.
  3. Hubungan sosial orang terbatas
    Tidak memiliki banyak relasi, selalu sendirian & mengisolasi diri, serta kurangnya dukungan sosial.
  4. Bullying
    Mendapat bullying terutama bullying dalam hal body atau weight shaming.

Pica

  1. Malnutrisi
    Kekurangan zat besi dan seng
  2. Mental disorder
    Memiliki intellectual disability, scizophrenia, dan ASD.

ARFID atau ketidaktertarikan terhadap makanan

  1. Mental disorder
    Memiliki intellectual disability, scizophrenia, dan ASD.
  2. Extreme picky eating
    Seorang anak tidak dibimbing secara profesional, sehingga Tidak bisa melewati fase fussy eater bertahun-tahun

Cara menghindari eating disorder:

  1. Body image
    Berfokus pada cara pandang terhadap bentuk tubuh,penampilan, menyadari bahwa kesempurnaan fisik yang ditampilkan oleh media tidak realistik. Setelah menyadari bahwa kesempurnaan fisik seperti badan barbie atau model-model yang ditampilkan di media tidak realistik, dapat menerima tubuh yang tidak seperti gambaran “body image” yang tidak realistik tersebut. 
  2. Health at every size and body size
    Fokus pada mindfulness (mindful eating & exercise) dalam menjaga dan mengatur kesehatan tubuh. Bentuk tubuh & Berat badan bukan patokan kesehatan Kita bisa berusaha untuk menjadi sehat kapanpun, bagaimanapun keadaan tubuh kita saat ini. Mengatur pola makan dan berolahraga karena merasa enjoy & butuh, bukan suatu tekanan atau hukuman. Dapat membedakan mana “lapar mata” dan “lapar fisik”. Lapar mata yaitu Lapar & haus karena perubahan hormon/mood, ingin coba, sedangkan lapar fisik yaitu Lapar & haus karena tubuh butuh energi, nutrien, cairan, . 
  3. Mengatur pola makan yang baik
    Cara mengatur pola makan yang baik:

    1. Jadwal makan teratur yaitu tiap 2-3 jam dan ada snack time.
    2. Jadwal tidur teratur yaitu 6-8 jam.
    3. Sering minum air putih.
    4. Protein di tiap jam makan.
    5. Mengurangi gorengan.
    6. Perbanyak buah & sayur.
    Membagi porsi makanan dan pembagian makanan
    Melakukan healthy plate disetiap makan, setengah piring bisa diisi dengan serat yang tidak digoreng lalu, seperempat nabati yang juga tidak digoreng dan seperempat lagi karbohidrat.

    Daftar Pustaka 

    Hudson, J. I., Hiripi, E., Pope H. G. Jr., And Kessler, R. C. (2007). The prevalence and correlates of eating disorders in the national comorbidity survey replication. Biol. Psychiatr, 61, 348–358. Doi: 10.1016/J.Biopsych.2006.03.040 read more

Disinfektan

Apa itu disinfektan? 

Di masa ini, siapa sih yang gak tau apa itu disinfektan? Disinfektan adalah zat agen antimikroba yang bertujuan membasmi mikroorganisme, seperti bakteri, jamur, virus, dan protozoa pada permukaan lembap (Gischa, 2020). Sama seperti disinfektan, antiseptik juga berfungsi membasmi kuman, tetapi antiseptik umumnya diaplikasikan pada jaringan hidup seperti kulit manusia, sedangkan disinfektan diaplikasikan pada benda mati. 

Penggunaan 

Pengaplikasian disinfektan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan mengusapkan larutan pada benda yang hendak disterilisasi atau dapat juga dengan teknik spray atau fogging apabila hendak mensterilisasi ruangan (Lukitaningsih dkk., 2020). Pemakaian sarung tangan dan masker juga penting saat menggunakan disinfektan dengan konsentrasi tinggi.  read more

Fase Psikologis Penyintas Covid-19

Kesehatan bukan hanya menyangkut kondisi fisik melainkan juga kondisi jiwa. Kesehatan jiwa merupakan bagian integral tiap individu. Kesehatan jiwa yang baik yakni saat berada dalam keadaan tenteram dan tenang (covid.go.id, 2020). Wabah penyakit Covid-19 tidak hanya menyerang fisik seseorang, namun menyerang kesehatan jiwa seseorang juga. Akan banyak gejolak emosi dan perasaan yang muncul ketika seseorang terpapar virus Covid-19. Berikut fase atau perjalanan reaksi ketika seseorang dinyatakan positif Covid-19 . read more

Riuh Berita Hoax Membanjiri, Menjadi Ancaman di Kala Pandemi

Pandemi Covid-19 telah membuat banyak perubahan dalam kehidupan kita. Bisa jadi, ini adalah masa tersulit yang harus kita lewati. Sering kali realita yang ada tidak sesuai dengan ekspektasi yang telah kita rancang. Ketidaksesuaian ini terkadang membuat kita kecewa atas kebijakan-kebijakan yang ditentukan. Hal tersebut pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab dalam mengambil keuntungan pribadi, salah satunya melalui penyebaran berita hoax.

Menurut Silverman (2015), hoax adalah rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun ‘dijual’ sebagai kebenaran sedangkan menurut Werme (2016), hoax adalah berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoax bukan hanya misleading atau menyesatkan, melainkan juga informasi dalam hoax tidak memiliki landasan faktual, tetapi disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta (Liputan6.com, 2019).Wawancara yang dilakukan (Wahid, 2019) pada Polri menyebutkan bahwa berita hoax dapat berimbas pada sesuatu yang lebih besar bahkan konflik dan hal ini dapat terjadi apabila publik tidak berperan sebagai pengawas.  read more

Serba-serbi Warna dari Kacamata Psikologi

Warna selalu dekat dengan keseharian kita. Namun, pernahkah kalian mengetahui fakta-fakta mengenai warna yang dijelaskan dari sudut pandang psikologi berikut ini?

  • Warna merah paling meningkatkan memory performance, lho!!

Penelitian yang dilakukan oleh El Bashor dkk. (2020) membandingkan keefektifan tiga warna dalam proses mengingat, yaitu merah, hitam, dan biru. Ternyata, merah yang paling membantu karena memiliki karakteristik sebagai warna dengan gelombang terpanjang daripada warna lainnya sehingga stimulus yang dikirim ke otak meningkat (memusatkan perhatian) dan sampai di sana dengan lebih cepat (Angkasa dalam El Bashor dkk., 2020). Jadi, cocok tuh kalian mencatat dengan warna merah supaya lebih mudah mengingat! Namun, jangan terlalu berlebihan. Misalnya, hanya poin penting yang menggunakan tinta merah. Lihat alasannya di fakta ketiga. Mau mencoba? read more

Double Mask Bisa Ningkatin Efektifitas Penggunaan Masker?

Double Masker

Telah banyak usaha preventif yang digaungkan oleh pemerintah dan masyarakat dalam upaya pencegahan penularan COVID-19. Salah satu langkah preventif yang paling penting adalah penggunaan masker di luar rumah. Masker sudah sangat melekat dan menjadi suatu barang yang wajib dimiliki oleh setiap orang semenjak pandemi ini dimulai yang tidak hanya sebagai melindungi orang yang sehat tetapi juga menekan laju penularan (WHO, 2020). Pada awal anjuran penggunaan masker ini disebarluaskan, stok masker mengalami kelangkaan khususnya pada jenis masker medis dan masker KN95. Akibatnya, tenaga medis yang sangat membutuhkan masker tersebut mengalami kesulitan untuk memenuhi protokol wajib dalam menangani pasien COVID-19. Pemerintah dalam kasus ini pun mengambil langkah dengan menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker alternatif seperti masker kain.  read more

Vaksin

Informasi tentang Vaksin di Indonesia yang Harus Kamu Tahu!

Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama di Indonesia yang menerima vaksin COVID-19 pada tanggal 13 Januari 2021 lalu dan semenjak itu vaksin mulai diberikan kepada masyarakat sesuai dengan prioritas pada program vaksinasi pertama ini (CNN Indonesia, 2021). Program tanya jawab covid.go.id (n.d.) menyatakan, “Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau bagiannya atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah sedemikian rupa sehingga aman, yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu”, sedangkan vaksinasi adalah program pemberian vaksin tersebut. Lalu, di bawah ini akan kita bahas lebih lanjut beberapa hal mengenai vaksin yang penting diketahui masyarakat. read more

Covid-19 Gelombang Kedua, Siapkah Kita?

Belakangan ini, kita dikejutkan dengan kondisi kasus Covid-19 yang kembali melonjak tinggi dengan rekor 34.379 pada tanggal 7 Juli kemarin. dr.Hanny Dewajanti, dokter IGD dari RSUD Cengkareng menyatakan bahwa dalam sehari terdapat lebih dari 50 pasien dan banyak pasien yang datang ke IGD sudah dalam kondisi sesak berat. Lonjakan kasus tersebut disebabkan oleh adanya varian virus corona yang terbaru bernama Delta B.1.617.2 (penamaan dari WHO). Varian Delta ini cukup menarik perhatian dunia karena kemampuan menularnya yang 30-40% lebih tinggi dibanding berbagai varian lainnya. Penelitian menyatakan, protein pada permukaan virus corona varian Delta lebih mudah menyatu dengan sel manusia sehingga menyebabkan varian Delta ini lebih mudah mengalahkan sistem kekebalan tubuh manusia. Selain penularannya, tingkat keparahan dari varian ini juga terbilang lebih tinggi dibanding varian lainnya. Berikut fakta-fakta mengenai gelombang kedua pandemi ini : read more

Toxic Positivity

Di saat sedih atau terpuruk pasti kita ingin perasaan kita divalidasi atau cukup didengarkan seluruhnya. Wajar ketika di masa seperti itu kita merasa ingin diperhatikan dan membutuhkan atensi yang lebih. Namun, bagaimana jika keadaan kita diputarbalikkan dengan respon sederhana seperti “Seharusnya kamu lebih bersyukur lagi” atau “ yaelah begitu masih mending, dulu aku pernah lebih parah…” dan lainnya. Mungkin lawan bicara kita hanya ingin memberi dukungan bahwa kita tidak sendirian atau masalah dan kesedihan kita pasti akan berlalu. Bukankah itu terdengar baik? Tetapi mengapa kenyataannya justru memperparah rasa sedihmu? Atau mungkin, pernahkan kamu melakukan hal yang sama terhadap orang lain yang sedang bercerita kepadamu? Berhati-hatilah karena bisa jadi fenomena tersebut adalah toxic positivity, lho! read more

Manusia Perusak Bumi? Kenapa?

Tahukah Kamu bahwa tanggal 5 Juni merupakan hari lingkungan hidup yang diperingati oleh seluruh dunia loh. Maksud dari ditetapkannya 5 juni sebagai hari lingkungan hidup sedunia adalah untuk menyebarkan kesadaran akan menjaga lingkungan di sekitar kita demi menjaga keberlangsungan hidup kita juga. Lalu, kenapa sih kita sebagai manusia harus mempunyai kekhawatiran dan rasa tanggung jawab untuk peduli akan lingkungan sekitar kita, memangnya selama ini seberapa banyak kerusakan yang sudah terjadi di lingkungan ini? Simak artikel berikut!! read more