Toxic Positivity

Di saat sedih atau terpuruk pasti kita ingin perasaan kita divalidasi atau cukup didengarkan seluruhnya. Wajar ketika di masa seperti itu kita merasa ingin diperhatikan dan membutuhkan atensi yang lebih. Namun, bagaimana jika keadaan kita diputarbalikkan dengan respon sederhana seperti “Seharusnya kamu lebih bersyukur lagi” atau “ yaelah begitu masih mending, dulu aku pernah lebih parah…” dan lainnya. Mungkin lawan bicara kita hanya ingin memberi dukungan bahwa kita tidak sendirian atau masalah dan kesedihan kita pasti akan berlalu. Bukankah itu terdengar baik? Tetapi mengapa kenyataannya justru memperparah rasa sedihmu? Atau mungkin, pernahkan kamu melakukan hal yang sama terhadap orang lain yang sedang bercerita kepadamu? Berhati-hatilah karena bisa jadi fenomena tersebut adalah toxic positivity, lho! read more